Pemandangan yang paling bikin saya terharu dan tersenyum adalah melihat sepasang kakek dan nenek yang masih bersama, dalam segala kesederhanaan karena mereka sudah tau apa yang essensi dalem hidup.
saya pikir kita akan bahagia, dan kelak saya jadi nenek itu dan kamu kakeknya. Punya anak dan cucu yang banyak, kita menghabiskan masa tua dengan keliling dunia dan tinggal di pegunungan.
Tertawa menghabiskan aktu seperti yang selama ini kita lakukan.
kalo selama ini kita selalu kekurangan waktu, nanti kita akan punya waktu yang banyak untuk bersama.
Setiap hari kamu akan jadi orang pertama yang aku lihat dan orang terakhir yang aku peluk sebelum kita sama-sama tidur.
Setiap pagi kita akan duduk berhadapan di meja makan, saling menatap dan mensyukuri Setiap Hari yang berlalu.
Di sore hari, kita akan memandangi langit sore sambil tanganmu dan tanganku tak lepas tergenggam.
Aku ingin kamu jadi orang yang memelukku terakhir bahkan nanti sebelum aku pulang.
Tapi entahlah kamu dimana sekarang.
Aku yang diselimuti dendam tak berkesudahan, benci yang tak Kunjung surut dan pada akhirnya aku yang selalu salah sampai akhirnya kamu pergi.
Kali ini aku tidak akan memintamu kembali. Aku tahu sudah tidak mungkin terjadi.
Aku memilih mengubur semua masa dan harapan.
Aku hancur dan mati.
iya biarlah hancur dan mati. Seperti katamu selalu, ini salahku.
Iya ini salahku, dan selalu salahku.
semoga suatu hari aku bisa hidup kembali.
Berbahagialah kamu sekarang dan nanti dan selamanya.
Aku akan selalu mengingatmu dan kenangan tentang kita, sebagai peringatan untuk selalu bersyukur dan selalu merasa bodoh. Bersyukur betapa baiknya Tuhan telah menghadirkanmu dalam hidupku dan betapa bodohnya aku sampai kehilangan kamu.
Suatu hari nanti, aku akan melihat gambarmu dan dia, mengamini mimpi kita.
Tidak apa-apa, setidaknya mimpi kita jadi nyata walau pemerannya bukan aku.
Badai Tuan telah berlaluSalahkah ku menuntut mesra?Tiap pagi menjelangKau di sampingkuKu aman ada bersamamu
SelamanyaSampai kita tuaSampai jadi debuKu di liang yang satuKu di sebelahmu
Badai Puan telah berlaluSalahkah ku menuntut mesra?Tiap taufan menyerangKau di sampingkuKau aman ada bersamaku
SelamanyaSampai kita tuaSampai jadi debuKu di liang yang satuKu di sebelahmu