Senin, 14 Desember 2015

Batu kali.




“Bila terlalu menyakitkan untuk digenggam, berarti ini waktunya untuk melepaskan…..”
                                                                                                       
                                                                                                               ***bacanya bisa batu kali, bisa batu kaleeee...) hahaha


Selama ini aku mencoba bersabar. Atas semua kebohongan yang kamu lakukan, aku memilih menjadi bodoh dan percaya. Bukan percaya pada kebohonganmu, tidak, aku tidak sebodoh itu. Tapi percaya bahwa suatu saat kamu menyadari bahwa hanya aku yang kamu inginkan, hanya aku yang terbaik untuk kamu dan hanya aku penyesalan terdalammu.

Aku benci tersiksa dalam batin yang tak mampu aku ungkapkan. Berkata salah diam pun salah, selalu salah dimatamu. Baik salah buruk pun salah. Entah aku harus bagaimana menjalani kehidupan. Kamu memenjarakan aku dalam kekosongan dan meyiksaku dalam dingin, sepi…..

Sekilas aku memandangmu dari kejauhan. Saat kamu sedang bersama orang-orang itu… yang hanya aku kenal wajahnya lewat gambar. Sepertinya hangat disana, sepertinya indah disana, seandainya saja aku bisa menemukan kunci untuk lari dari tempat ini…. Bukan untuk mencarimu, aku tidak berniat untuk itu, aku hanya ingin pergi dari ruang gelap ini…. Yang membuatku pengap sulit bernafas.

Hahaha…

Aku hanya bisa tertawa mengingat kita dulu. Sejoli yang dibutakan oleh cairan kimia bernama cinta. Cinta itu kemudian kamu campurkan dengan zat kebohongan sehingga bereaksi menjadi larutan sakit hati yang bersifat kuat, sedikit saja menyentuhnya akan memberi efek perih dan menimbulkan iritasi yang berbahaya. Namun syukurlah larutan itu tidak berubah wujud menjadi monster bernama dendam.

Hahaha….

Lagi-lagi aku hanya bisa tertawa, menertawakan kebodohanku yang terus berharap pada pekat. Hanya Tuhan yang tau dimana ujung dari kegelapan ini, bersabarlah…. Dan teruslah bersabar dalam gulita…. Sayangnya malam tak pernah berganti pagi. Karena aku sedang mendekam di jeruji ini, tanpa pernah lagi melihat matahari, dan aku masih tetap harus berharap…

Aku yakin saatnya akan tiba. Kekuatanku akan pulih dan aku akan sembuh.

Aku akan bebas dari semua jeratan ini.

Aku akan kembali menghirup udara segar.

Aku akan lagi merasakan terik matahari.

Dengan keadaan yang lebih baik

Dengan lebih bijaksana, untuk menentukan setiap langkah yang akan kutapaki.

Semua karena kamu, pahlawanku, yang membawaku dari ujung bumi, mendandaniku bak permaisuri, mendidikku dengan ilmu dan meninggalkanku dalam sunyi…

Masih teringat saat kamu dengan segenap upaya mendidikku cara bersikap, cara bertutur kata, cara berpikir, cara mengambil keputusan, dan cara untuk hidup…

Terima kasih sudah menciptakan dunia yang baru untukku.

Memberiku mata yang baru, untuk melihat masa depan yang indah dihadapanku.

Memberiku telinga yang baru, untuk aku hanya mendengar segala sesuatu yang baik dan bermanfaat.

Memberiku hati yang baru, untuk aku memahami arti ketulusan cinta.

Aku terlalu mencintai kamu…

Tapi…..  bila itu terlalu menyakitkan, aku memilih untuk melepaskan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar