
“Bila terlalu menyakitkan untuk digenggam, berarti ini
waktunya untuk melepaskan…..”
***bacanya bisa batu kali, bisa batu kaleeee...) hahaha
Selama ini aku mencoba bersabar.
Atas semua kebohongan yang kamu lakukan, aku memilih menjadi bodoh dan percaya.
Bukan percaya pada kebohonganmu, tidak, aku tidak sebodoh itu. Tapi percaya bahwa
suatu saat kamu menyadari bahwa hanya aku yang kamu inginkan, hanya aku yang terbaik
untuk kamu dan hanya aku penyesalan terdalammu.
Aku benci tersiksa dalam batin
yang tak mampu aku ungkapkan. Berkata salah diam pun salah, selalu salah
dimatamu. Baik salah buruk pun salah. Entah aku harus bagaimana menjalani
kehidupan. Kamu memenjarakan aku dalam kekosongan dan meyiksaku dalam dingin,
sepi…..
Sekilas aku memandangmu dari
kejauhan. Saat kamu sedang bersama orang-orang itu… yang hanya aku kenal wajahnya
lewat gambar. Sepertinya hangat disana, sepertinya indah disana, seandainya
saja aku bisa menemukan kunci untuk lari dari tempat ini…. Bukan untuk mencarimu,
aku tidak berniat untuk itu, aku hanya ingin pergi dari ruang gelap ini…. Yang membuatku
pengap sulit bernafas.
Hahaha…
Aku hanya bisa tertawa mengingat
kita dulu. Sejoli yang dibutakan oleh cairan kimia bernama cinta. Cinta itu
kemudian kamu campurkan dengan zat kebohongan sehingga bereaksi menjadi larutan
sakit hati yang bersifat kuat, sedikit saja menyentuhnya akan memberi efek
perih dan menimbulkan iritasi yang berbahaya. Namun syukurlah larutan itu tidak
berubah wujud menjadi monster bernama dendam.
Hahaha….
Lagi-lagi aku hanya bisa tertawa,
menertawakan kebodohanku yang terus berharap pada pekat. Hanya Tuhan yang tau
dimana ujung dari kegelapan ini, bersabarlah…. Dan teruslah bersabar dalam
gulita…. Sayangnya malam tak pernah berganti pagi. Karena aku sedang mendekam
di jeruji ini, tanpa pernah lagi melihat matahari, dan aku masih tetap harus
berharap…
Aku yakin saatnya akan tiba.
Kekuatanku akan pulih dan aku akan sembuh.
Aku akan bebas dari semua jeratan
ini.
Aku akan kembali menghirup udara
segar.
Aku akan lagi merasakan terik
matahari.
Dengan keadaan yang lebih baik
Dengan lebih bijaksana, untuk
menentukan setiap langkah yang akan kutapaki.
Semua karena kamu, pahlawanku,
yang membawaku dari ujung bumi, mendandaniku bak permaisuri, mendidikku dengan
ilmu dan meninggalkanku dalam sunyi…
Masih teringat saat kamu dengan
segenap upaya mendidikku cara bersikap, cara bertutur kata, cara berpikir, cara
mengambil keputusan, dan cara untuk hidup…
Terima kasih sudah menciptakan
dunia yang baru untukku.
Memberiku mata yang baru, untuk
melihat masa depan yang indah dihadapanku.
Memberiku telinga yang baru,
untuk aku hanya mendengar segala sesuatu yang baik dan bermanfaat.
Memberiku hati yang baru, untuk
aku memahami arti ketulusan cinta.
Aku terlalu mencintai kamu…
Tapi….. bila itu terlalu menyakitkan, aku memilih
untuk melepaskan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar