Tau ga rasanya saat mencapai titik 21K.
Disatu sisi bersyukur, gila sampe juga ya gue disini.
Disisi lain, anjrit 21K lagi.
Pengen berhenti tapi kagok. Akhirnya mencoba tenang, meyakinkan diri pasti bisa, walau rasanya ga bisa 😅
Bengong sesaat, sambil duduk dan minum segelas air. Maklum bukan pelari profesional.
Saya hanya penikmat sendiri, jalanan, keringat dan endorfin. Bukan adrenalin kejar-kejaran untuk mendapatkan podium.
Bahkan medali pun bukan esensi. Yang penting saya menikmati prosesnya.
Aneh ya, agak bertolakbelakang sama karakter saya yg result oriented. Pokonya hasilnya apa. Mungkin karena 'hasil' yang saya kejar memang experience nya bukan podiumnya.
Sendiri, namun saya melihat banyak hal.
Bertemu banyak orang. Kadang di semangati, kadang menyemangati. Padahal tidak saling mengenal. Lucu.
Kalo kebetulan memiliki kecepatan yang sama, biasanya larinya jadi kaya barengan. Tinggal yang lebih kuat akan terus melaju, yang santai boleh istirahat dan berhenti dulu.
Mungkin nanti bertemu lagi, mungkin juga tidak.
Ada orang-orang yang singgah dalam hidup kita lama, ada yang sebentar, ada yang cuma lewat. Ada yang hadir untuk sekedar memberi motivasi, ada yg sekedar kenal, ada juga untuk menemani berlari bersama.
Bersama bukan berarti tujuannya sama. Bisa jadi hanya seruas jalan aja yang sama, lalu berpisah di persimpangan.
Lari itu salah satu healing therapy buat saya.
Dan sekarang lagi pengen lari, tapi di satpamin sama bayik yang emaknya jarak 1 meter aja langsung dipriwitin sama tangisannya.
Mau mandi aja susah karena sambil ditemani dengan tangisan menyayat2 hati di depan pintu kamar mandi. Jadi jangan heran kalo mamak akhir-akhir ini ga mandi. 😁
Baiklah... mau lari ga bisa... udah nemenin adek mimi cucu, mari kita bobo lagi.
*matiin alarm
*lupaincalendardansemuajadwalhariini