Selasa, 05 Juli 2022

Love is never Fail (katanya)

Kalimat yang sering saya baca (dulu) di undangan Kawinan.

Iya, dulu, jaman sering nerima undangan kawin. Sekarang jarang, mungkin arena pandemi atau usianya udah lewat, yang sudah bukan lagi masa melangsungkan pernikahan. :)

Tapi emang iya sih, selama masih ada cinta, masalah segede apapun harusnya masih bisa diselesaikan. Beda cerita kalo udah ga ada cinta, masalah pun bisa jadi hilang dengan sendirinya. Maksudnya, ga ada yang perlu diselesaikan lagi, buat apa, sudah ga ada masalah, sudah ga ada yang disakitin, dan sudah ga ada cinta. Jadi buat apa? 

Ada suatu masa dimana saya mencintai seseorang, sangat mencintai. Membuat saya sangat demanding, dan sering berantem. Banyak masalah besar yang membuat saya tidak jarang menangis, sampai masalah yang sangat besar datang, saya tidak lagi menangis. Lukanya terlalu parah sampái menangis pun rasanya tidak berguna. Saya memilih untuk pergi, mengabaikan perasaan, melupakan tentang rasa cinta yang pernah ada. Pergi begitu lama dan tidak pernah mencoba untuk kembali. 

Suatu hari kami dipertemukan oleh keadaan, dan menyadari semua sudah berubah. Rasa cinta itu sudah hilang, seiring luka yang sudah sembuh. Hanya saja menyisakan trauma. Bayangkan saja seperti mengalami sebuah kecelakaan besar, trauma adalah suatu hal yang pasti terjadi. Saat mendengar, dia juga sudah tidak mencintai saya, rasanya ya biasa saja. Waktu memang bisa menguaba segalanya. Karena udah ga cinta, kami tidak berharap, tidak demanding, tidak menuntut dan tidak berantem. Sama seperti dulu tidak mengenal atau mungkin hanya sebatas teman. Sudah tidak ada lagi kebencian, karena memang sudah tidak melibatkan perasaan. 

Lucu ya hati manusia, bisa begitu mudahnya dibolak-balik. 

Tapi dari situ saya belajar untuk tidak percaya pada hati manusia, termasuk pada perasaan sendiri. Saya mengajarkan diri saya untuk tidak terjebak pada perasaan, apapun bentuknya. Marahlah secukupnya, senanglah secukupnya, sedihlah secukupnya, sukalah secukupnya, nikmati semua perasaan secukupnya, karena ga ada yang abadi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan itu bisa berubah.

Semua yang berlebihan itu tidak baik bukan? 

Itu sebabnya saya ga percaya sama istilah Healing healing.

Mau bersenang-senang? Tetap saja ga akan membuatmu bahagia, selama peraşaan masih menjadi pegangan dalam menjaqlani kehidupan. Akan banyak hal yang membuat kita kecewa, lantas mau healing berapa kali sebulan?

Yang harus dimanage adalah perasaan dan ekspektasi. 

Bukan hal mudah untuk saya yang sangat intuitive dan selalu all out dalam segala sesuatu. Nyatanya hidup saya berjalan lebih tenang saat peraşaan saya bukan hal terpenting yang harus saya utamakan. Bukan juga perasaan orang lain. Tidak. Saya tidak akan pernah mengusahakan sesuatu hanya untuk memenuhi kebutuhan perasaan orang lain. Karena yang terpenting Adalah menjalankan hidup sebaik-baiknya.

Ada waktunya tertawa, ada waktunya menangis. Nikmati saja semuanya. Jalani sebaik-baiknya dan syukuri sebanyak-banyaknya. Hidup tanpa trauma, tanpa kepahitan, tanpa dendam, dan tanpa ekspektasi (kepada orang lain). Ga perlu berharap orang lain untuk membuat kita bahagia. Karena bahagia adalah keputusan kita. Jangan pernah kasih remote kebahagiaan kita pada orang lain, siapapun itu. Kita berhak bahagia, tanpa tapi apapun. 

Allah maha pembolak balık hati, awalnya saya ga ngerti tapi akhirnya saya memahami. ada orang yang bisa tiba-tiba jatuh cinta dan melakukan hal-hal bodoh seolah "kamu segalanya". Membuat janji A B C D, hahaha saya tidak akan pernah percaya janji orang yang Sedang jatuh cinta. Come on. Jangan pernah mengambil keputusan saat sedang emosi. Termasuk sedang jatuh cinta. Kamu akan menjadi sangat bodoh. Termasuk orang yang "dijanjiin" sama orang yang Sedang jatuh cinta, kamu bodoh kalo kamu percaya. Semuanya omong kosong. Ingat itu Hanya perasaan dan perasaan itu mudah berubah.

Ini pemikiran saya hari ini, 5 Juli 2022, entah benar entah tidak, dan tentunya besok bisa berubah juga. Setidaknya untuk saat ini, sangat pembantu saya untuk menjalani hidup dengan lebih enjoy. Hidup saya tetap berjalan normal sekalipun ada orang yang menyakiti, dan sekalipun dikecewakan. Bersedih secukupnya, ingat untuk tidak percaya pada perasaan, seketika dia akan mudah berubah. Saya mengistilahkannya "rekayasa hati" hahaha kaya Vicky Prasetyo ya bahasanya?

Gimana caranya? Saat sedih, ingat hal-hal baik yang pernah dan masih ada dihidup kita. Belajar bersyukur bahkan untuk hal-hal kecil. Akan selalu ada hal baik untuk disyukuri. Saat senang, nikmatilah, namun jangan lupa untuk tidak lupa diri, karena senang itu sementara. Tidak ada pesta yang tidak usai. Jangan berlebihan menanggapi sesuatu, jangan berlebihan memuji sesuatu, jangan berlebihan mencintai sesuatu. Biarkan secukupnya saja, sebatas rasa kecewa yang masih bisa kita hadapi. Ya, karena bisa jadi, orang yang hari ini membahagiakanmu, besok akan menjadi orang yang mengecewakanmu. semakin besar rasa cinta, semakin besar juga rasa kecewanya.

Entahlah ini teori dari mana, dan apakah ini benar? Sekali lagi saya bilang, saya ga tau. Ini hanya pemikiran saya dan pola yang saya terapkan dalam diri saya. Mau coba? silahkan. Tapi resiko ditanggung sendiri ya :)




Minggu, 03 Juli 2022

Menikmati Proses

Kadang tidak perlu terlalu memaksakan harus mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang kita rencanakan. Akhir-akhir ini saya banyak belajar tentang proses. Selama ini saya selalu fokus pada tujuan dan hasil, nyatanya Kadang proses Adalah bagian yang terpenting.

Saat melihat anak saya yang hampir failed berjuang agar tidak failed, saya sampái pada titik "apapun hasilnya, saya menghargai usahanya." dan kalimat itu pula yang saya sampaikan di pertemuan dengan guru Sebelum masa Penilaian Akhir Tahun. Bagaimana tidak, dari susunan nilai dan target yang harus dikejar, mustahil mendapat nilai 100 atau bahkan harus 120 untuk mencapai nilai minimum yang disyaratkan sekolah, sedangkan nilai sempurna saja 100. Akhirnya ya saya hanya bisa menghargai Usaha yang dilakukan. Setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.

Bukan berarti jd lemah dan tidak se-ambisius itu lagi, tapi menghargai proses Adalah suatu hal yang tidak kalah penting dan tujuan yang ingin dicapai. 

Bayangkan saja, tiba-tiba saja saya diperhadapkan pada kondisi "tidak termaafkan" Melakukan sebuah kesalahan, dan DONE. Ga enak banget rasanya. Tapi bagaimanapun, saya menjadikannya sebuah proses belajar untuk berhati-hati dalam bertindak. Belajar tidak semua yang saya lakukan benar dan dapat diterima. Belajar untuk memahami orang lain, bukan hanya selalu ingin dipahami. Tat Tuan Asi : Kamu adalah aku, aku adalah kamu. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan. 

Menghargai proses membuat saya lebih bijaksana dan menomati perjalanan. Kalo sebelumnya saya bisa stress saat target yang saya pikirkan tidak tercapai, sekarang saya lebih bisa melihat segala sisi baiknya. Saya teringat beberapa tahun lalu waktu sering naik kereta api Bandung Jakarta. Sekali waktu, keretanya mogok. Cukup lama. Karena ada kereta lain yang tertahan di statiun berikutnya. Lumayan kesal sih tapi toh ga ada pilihan lain Karena ga mungkin turun dan ganti naik Gojek kan? 

Setelah sekian lama, saya berjalan ke gerbang restorasi. lapar dan haus. Saat duduk di kursi restorasi yang bersebrangan dengan positie kursi saya sebelumnya, disitu malah saya melihat pemandangan yang begitu indah. Hamparan sawah menghijau dengan latar belakang gunung, cantik sekali dan begitu tenang dan menenangkan saya yang Sedang ga tenang Karena ingin segera sampai. 

Dalam perjalanan, tidak jarang kita menemukan hambatan yang ga bisa kita kontrol. Pilihannya ya berdamai dengan keadaan dan menikmati perjalanan. Karena mengeluh bukanlah pilihan dan kadang kita tidak punya pilihan.

Lucu, semesta mempertemukan kita dengan mentor-mentor terbaik. Dari si emosional dan egois, Masuk kedalam kelas Sabar dan belajar memahami orang lain. Waktu di fase beginner, duh inget banget proses 'ngamuk-ngamuk", ngomong kasar, ngancem, nangis-nangis nyusahin diri sendiri, dah lah. Tapi fase ini juga yang membuat saya mengenal diri sendiri dan menyadari luka yang saya simpan dalam hati. 

Saat saya menikmati proses belajar, saya mulai memahami diri sendiri. Kenapa saya A, kenapa saya B, dan apa yang saya inginkan. Belajar memahami orang lain itu termasuk belajar menyampaikan apa yang saya inginkan dan apa yang saya pikirkan. 

Saya benar-benar bersyukur untuk orang-orang yang ada dan pernah ada dalam hidup saya. Mereka benar-benar mentor terbaik. Bahkan yang tidak baik pun menjadi contoh terbaik untuk tidak melakukan yang dia lakukan. Hahaha. Saya belajar arti ketulusan, keberanian, kekuatan, kesabaran, dan kejujuran dari orang-orang yang terbaik.

Saya menyadari waktu terus berjalan, usia terus bertambah, waktu didunia semakin berkurang. Lantas hidup seperti apa yang akan saya jalankan? Karena saya ga pernah tau akhirnya seperti apa, jadi kenapa tidak setidaknya saya nikmati perjalanannya?