Kalimat yang sering saya baca (dulu) di undangan Kawinan.
Iya, dulu, jaman sering nerima undangan kawin. Sekarang jarang, mungkin arena pandemi atau usianya udah lewat, yang sudah bukan lagi masa melangsungkan pernikahan. :)
Tapi emang iya sih, selama masih ada cinta, masalah segede apapun harusnya masih bisa diselesaikan. Beda cerita kalo udah ga ada cinta, masalah pun bisa jadi hilang dengan sendirinya. Maksudnya, ga ada yang perlu diselesaikan lagi, buat apa, sudah ga ada masalah, sudah ga ada yang disakitin, dan sudah ga ada cinta. Jadi buat apa?
Ada suatu masa dimana saya mencintai seseorang, sangat mencintai. Membuat saya sangat demanding, dan sering berantem. Banyak masalah besar yang membuat saya tidak jarang menangis, sampai masalah yang sangat besar datang, saya tidak lagi menangis. Lukanya terlalu parah sampái menangis pun rasanya tidak berguna. Saya memilih untuk pergi, mengabaikan perasaan, melupakan tentang rasa cinta yang pernah ada. Pergi begitu lama dan tidak pernah mencoba untuk kembali.
Suatu hari kami dipertemukan oleh keadaan, dan menyadari semua sudah berubah. Rasa cinta itu sudah hilang, seiring luka yang sudah sembuh. Hanya saja menyisakan trauma. Bayangkan saja seperti mengalami sebuah kecelakaan besar, trauma adalah suatu hal yang pasti terjadi. Saat mendengar, dia juga sudah tidak mencintai saya, rasanya ya biasa saja. Waktu memang bisa menguaba segalanya. Karena udah ga cinta, kami tidak berharap, tidak demanding, tidak menuntut dan tidak berantem. Sama seperti dulu tidak mengenal atau mungkin hanya sebatas teman. Sudah tidak ada lagi kebencian, karena memang sudah tidak melibatkan perasaan.
Lucu ya hati manusia, bisa begitu mudahnya dibolak-balik.
Tapi dari situ saya belajar untuk tidak percaya pada hati manusia, termasuk pada perasaan sendiri. Saya mengajarkan diri saya untuk tidak terjebak pada perasaan, apapun bentuknya. Marahlah secukupnya, senanglah secukupnya, sedihlah secukupnya, sukalah secukupnya, nikmati semua perasaan secukupnya, karena ga ada yang abadi. Segala sesuatu yang berhubungan dengan perasaan itu bisa berubah.
Semua yang berlebihan itu tidak baik bukan?
Itu sebabnya saya ga percaya sama istilah Healing healing.
Mau bersenang-senang? Tetap saja ga akan membuatmu bahagia, selama peraşaan masih menjadi pegangan dalam menjaqlani kehidupan. Akan banyak hal yang membuat kita kecewa, lantas mau healing berapa kali sebulan?
Yang harus dimanage adalah perasaan dan ekspektasi.
Bukan hal mudah untuk saya yang sangat intuitive dan selalu all out dalam segala sesuatu. Nyatanya hidup saya berjalan lebih tenang saat peraşaan saya bukan hal terpenting yang harus saya utamakan. Bukan juga perasaan orang lain. Tidak. Saya tidak akan pernah mengusahakan sesuatu hanya untuk memenuhi kebutuhan perasaan orang lain. Karena yang terpenting Adalah menjalankan hidup sebaik-baiknya.
Ada waktunya tertawa, ada waktunya menangis. Nikmati saja semuanya. Jalani sebaik-baiknya dan syukuri sebanyak-banyaknya. Hidup tanpa trauma, tanpa kepahitan, tanpa dendam, dan tanpa ekspektasi (kepada orang lain). Ga perlu berharap orang lain untuk membuat kita bahagia. Karena bahagia adalah keputusan kita. Jangan pernah kasih remote kebahagiaan kita pada orang lain, siapapun itu. Kita berhak bahagia, tanpa tapi apapun.
Allah maha pembolak balık hati, awalnya saya ga ngerti tapi akhirnya saya memahami. ada orang yang bisa tiba-tiba jatuh cinta dan melakukan hal-hal bodoh seolah "kamu segalanya". Membuat janji A B C D, hahaha saya tidak akan pernah percaya janji orang yang Sedang jatuh cinta. Come on. Jangan pernah mengambil keputusan saat sedang emosi. Termasuk sedang jatuh cinta. Kamu akan menjadi sangat bodoh. Termasuk orang yang "dijanjiin" sama orang yang Sedang jatuh cinta, kamu bodoh kalo kamu percaya. Semuanya omong kosong. Ingat itu Hanya perasaan dan perasaan itu mudah berubah.
Ini pemikiran saya hari ini, 5 Juli 2022, entah benar entah tidak, dan tentunya besok bisa berubah juga. Setidaknya untuk saat ini, sangat pembantu saya untuk menjalani hidup dengan lebih enjoy. Hidup saya tetap berjalan normal sekalipun ada orang yang menyakiti, dan sekalipun dikecewakan. Bersedih secukupnya, ingat untuk tidak percaya pada perasaan, seketika dia akan mudah berubah. Saya mengistilahkannya "rekayasa hati" hahaha kaya Vicky Prasetyo ya bahasanya?
Gimana caranya? Saat sedih, ingat hal-hal baik yang pernah dan masih ada dihidup kita. Belajar bersyukur bahkan untuk hal-hal kecil. Akan selalu ada hal baik untuk disyukuri. Saat senang, nikmatilah, namun jangan lupa untuk tidak lupa diri, karena senang itu sementara. Tidak ada pesta yang tidak usai. Jangan berlebihan menanggapi sesuatu, jangan berlebihan memuji sesuatu, jangan berlebihan mencintai sesuatu. Biarkan secukupnya saja, sebatas rasa kecewa yang masih bisa kita hadapi. Ya, karena bisa jadi, orang yang hari ini membahagiakanmu, besok akan menjadi orang yang mengecewakanmu. semakin besar rasa cinta, semakin besar juga rasa kecewanya.
Entahlah ini teori dari mana, dan apakah ini benar? Sekali lagi saya bilang, saya ga tau. Ini hanya pemikiran saya dan pola yang saya terapkan dalam diri saya. Mau coba? silahkan. Tapi resiko ditanggung sendiri ya :)