Kadang tidak perlu terlalu memaksakan harus mencapai tujuan sesuai dengan waktu yang kita rencanakan. Akhir-akhir ini saya banyak belajar tentang proses. Selama ini saya selalu fokus pada tujuan dan hasil, nyatanya Kadang proses Adalah bagian yang terpenting.
Saat melihat anak saya yang hampir failed berjuang agar tidak failed, saya sampái pada titik "apapun hasilnya, saya menghargai usahanya." dan kalimat itu pula yang saya sampaikan di pertemuan dengan guru Sebelum masa Penilaian Akhir Tahun. Bagaimana tidak, dari susunan nilai dan target yang harus dikejar, mustahil mendapat nilai 100 atau bahkan harus 120 untuk mencapai nilai minimum yang disyaratkan sekolah, sedangkan nilai sempurna saja 100. Akhirnya ya saya hanya bisa menghargai Usaha yang dilakukan. Setiap orang berhak untuk mendapatkan kesempatan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya.
Bukan berarti jd lemah dan tidak se-ambisius itu lagi, tapi menghargai proses Adalah suatu hal yang tidak kalah penting dan tujuan yang ingin dicapai.
Bayangkan saja, tiba-tiba saja saya diperhadapkan pada kondisi "tidak termaafkan" Melakukan sebuah kesalahan, dan DONE. Ga enak banget rasanya. Tapi bagaimanapun, saya menjadikannya sebuah proses belajar untuk berhati-hati dalam bertindak. Belajar tidak semua yang saya lakukan benar dan dapat diterima. Belajar untuk memahami orang lain, bukan hanya selalu ingin dipahami. Tat Tuan Asi : Kamu adalah aku, aku adalah kamu. Perlakukan orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.
Menghargai proses membuat saya lebih bijaksana dan menomati perjalanan. Kalo sebelumnya saya bisa stress saat target yang saya pikirkan tidak tercapai, sekarang saya lebih bisa melihat segala sisi baiknya. Saya teringat beberapa tahun lalu waktu sering naik kereta api Bandung Jakarta. Sekali waktu, keretanya mogok. Cukup lama. Karena ada kereta lain yang tertahan di statiun berikutnya. Lumayan kesal sih tapi toh ga ada pilihan lain Karena ga mungkin turun dan ganti naik Gojek kan?
Setelah sekian lama, saya berjalan ke gerbang restorasi. lapar dan haus. Saat duduk di kursi restorasi yang bersebrangan dengan positie kursi saya sebelumnya, disitu malah saya melihat pemandangan yang begitu indah. Hamparan sawah menghijau dengan latar belakang gunung, cantik sekali dan begitu tenang dan menenangkan saya yang Sedang ga tenang Karena ingin segera sampai.
Dalam perjalanan, tidak jarang kita menemukan hambatan yang ga bisa kita kontrol. Pilihannya ya berdamai dengan keadaan dan menikmati perjalanan. Karena mengeluh bukanlah pilihan dan kadang kita tidak punya pilihan.
Lucu, semesta mempertemukan kita dengan mentor-mentor terbaik. Dari si emosional dan egois, Masuk kedalam kelas Sabar dan belajar memahami orang lain. Waktu di fase beginner, duh inget banget proses 'ngamuk-ngamuk", ngomong kasar, ngancem, nangis-nangis nyusahin diri sendiri, dah lah. Tapi fase ini juga yang membuat saya mengenal diri sendiri dan menyadari luka yang saya simpan dalam hati.
Saat saya menikmati proses belajar, saya mulai memahami diri sendiri. Kenapa saya A, kenapa saya B, dan apa yang saya inginkan. Belajar memahami orang lain itu termasuk belajar menyampaikan apa yang saya inginkan dan apa yang saya pikirkan.
Saya benar-benar bersyukur untuk orang-orang yang ada dan pernah ada dalam hidup saya. Mereka benar-benar mentor terbaik. Bahkan yang tidak baik pun menjadi contoh terbaik untuk tidak melakukan yang dia lakukan. Hahaha. Saya belajar arti ketulusan, keberanian, kekuatan, kesabaran, dan kejujuran dari orang-orang yang terbaik.
Saya menyadari waktu terus berjalan, usia terus bertambah, waktu didunia semakin berkurang. Lantas hidup seperti apa yang akan saya jalankan? Karena saya ga pernah tau akhirnya seperti apa, jadi kenapa tidak setidaknya saya nikmati perjalanannya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar