Pagi ini aku terbangun, (sayangnya).
Ya, sayang sekali, karena aku berharap tidak bangun pagi ini.
Sekuat tenaga aku berusaha membangunkan tubuhku, berat sekali.
Jangankan bangun, buka mata saja berat karena air mata terus mengalir.
Ya, aku masih harus hidup sehari lagi, hari ini.
Setelah emosi sedikit mereda, aku mulai bertanya pada diri sendiri: apa yang membuatku masih ingin hidup?
Pertanyaan itu terus bergema di dalam kepalaku, seperti bisikan yang terus mengulang tanpa henti.
Aku mencoba mencari jawabannya, namun yang kutemukan hanya hening.
Hening yang menyakitkan.
Hening yang membuatku sadar, mungkin sebenarnya aku tidak punya alasan yang cukup.
Dari sekian banyak orang-orang yang menyayangiku, bahkan tidak cukup untuk membuatku ingin hidup.
Tapi, justru karena aku terlalu mencintai mereka.
Aku, manusia gagal ini, takut lebih mengecewakan lagi. Aku bukan lagi seseorang yang mereka banggakan, aku manusia gagal.
Tapi... kenapa aku bertanya?
Setidaknya ada secuil bagian dari otakku yang ternyata masih berfungsi dan bisa mempertanyakan.
Aku menatap langit-langit kamar dengan cahaya pagi menembus tirai, dan menemukan jawaban.
Aku tidak butuh alasan apapun untuk tetap hidup.
Aku hidup karena aku masih harus hidup, dan selama masih harus hidup maka aku harus menjalani sebaik-baiknya.
Mandi, menyeduh kopi, menikmati beberapa gorengan yang tersaji di meja, bekerja, menjalani dan menikmati setiap detik yang berlalu seolah ini hari terakhir ku didunia.
Memberi senyum kepada setiap orang yang kutemui, memastikan meninggalkan kesan yang baik untuk orang-orang yang besok akan kutinggalkan. Walaupun aku tahu, sekejap saja aku akan dilupakan dari dunia ini.
Akhirnya hari ini terlewati, sisa beberapa jam yang akan kuhabiskan dalam lelap.
Semoga besok perih ini hilang, bukankah itu berarti aku sudah tidak ada lagi?
Bagaimana kalo masih harus hidup.
Aku menarik napas panjang, berat, lalu bergumam lirih pada diriku sendiri:
"Baiklah. Satu hari lagi. Hanya satu hari lagi.