*Ini
bukan curhat dan juga bukan kisah nyata siapa-siapa. Cuman iseng aja. Terinspirasi dari film Fire proof*
Mungkinkah cinta datang dalam sekejap? mungkin.
Mungkinkah cinta hilang dalam sekejap? aku tidak
tahu.
Yang aku tahu, dalam sekejap kamu berubah. Kamu yang
selama ini mampu memberikanku rasa aman, tiba-tiba berubah menjadi
sebuah ancaman. Kamu yang selama ini memelukku, tiba-tiba
menghantamku, mencabik-cabik jiwaku. Kamu yang selama ini menghapus
air mataku, tiba-tiba menyiksaku sampai air mata ini tak kunjung
berhenti berderai. Kamu yang selama ini adalah rumahku, tiba-tiba
menjadi tempat yang asing. Aku tidak mengenal kamu lagi.
Tiap kali mata ini terpejam, selalu terbayang sebuah
mobil yang sedang melaju kencang, yang hendak kau adu dengan mobil
lain yang melaju didepan kita. Masih terdengar jeritan ketakutan,
masih mendesir bulu kuduk setiap kali mengingatnya. Kaca mobil pun
pecah, setelah kau hentakan sebuah tinjuan keras diatasnya.
Berkali-kali, seolah sedang meninjuku, seolah kau sedang
menghancurkan aku. Dimana nyalimu? Mengapa hanya berani menghadapi
benda yang tak bernyawa? mengapa hanya berani menghancurkan benda
mati yang tidak dapat melawan? Kenapa tidak kau tinju saja wajahku.
Kenapa tidak kau matikan saja aku? Anggap saja aku benda mati, aku
tidak akan melawan.
Apa salahku? Hanya karena sebuah permintaan untuk
tidak dipersalahkan lantas aku malah menjadi salah. Mengapa kamu
marah saat aku katakan tentang keadaan kita? Mengapa kamu marah saat
aku menerangkan tentang kenyataan yang sebenarnya. Mengapa kamu marah
tanpa aku memahami maksud amarahmu? Aku tidak mengerti apa yang ada
dipikiranmu. Sama seperti ketidakmengertianmu tentang apa yang
berkecamuk dalam pikiranku. Kamu lupa aku adalah wanita. Seorang
wanita yang ingin selalu dicintai bukan dipersalahkan. Seorang wanita
yang butuh ditenangkan, bukan dihujam penghakiman. Seorang wanita
yang selalu ingin terlihat kuat, tapi kamu sendiri tahu aku rapuh.
Seorang wanita yang berusaha untuk membuatmu nyaman, walau aku lelah.
Semua yang aku lakukan bukan untukku, tapi untuk kita, sayang kamu
lupa.
Apa kamu sadar? Apa yang aku lakukan saat kamu
tertidur? Akulah yang bekerja keras merapikan semuanya, membereskan
semuanya, menyiapkan semuanya. Saat terbangun, kamu tidak perlu
melihat tumpukan pekerjaan rumah dan kekacauan yang terjadi di hari
sebelumnya. Kamu hanya tinggal menjalani kehidupan dan meberikanku
kasih sayang (seharusnya). Apa aku mengeluh tentang hal itu? apa aku
mengeluh saat harus tidur lebih larut dan bangun lebih pagi, demi
menjadi seorang peri yang menyulap semuanya menjadi baik. Aku
menjalani pekerjaanku seharian demi kehidupan yang baik untuk kita.
Kamu tidak tahu seberat apa perjuanganku setiap hari. Tapi apa yang
kamu lakukan? Dalam kepanikanku, kamu malah menambahkannya. Dalam
kelelahanku, kamu malah membuatku terpuruk. Kamu membuat aku takut.
Bukan saja takut kepadamu, tapi membuatku takut menjalani hidup.
Kematian bukan jalan keluar. Aku tidak mau memilih
untuk mengakhiri kehidupan, seburuk apapun kehidupan itu. Aku juga
tidak mengharapkan kematianmu, itu hal yang sangat mengerikan. Aku
sangat mencintaimu dan tidak membencimu setitik pun. Aku hanya ingin
terbangun dari tidur, seolah semua yang terjadi ini hanyalah sebuah
mimpi buruk. Aku ingin bangun, dan menjalani kehidupanku yang
sebenarnya. Kehidupanku bersama kamu yang selalu mencintaiku.
Kehidupanku yang hangat diselimuti kebahagiaan. Kehidupanku yang
selalu indah, rumahku yang selalu menjadi naunganku, tempat kemana
aku selalu ingin pulang.
Mungkin kamu tidak tahu, seberapa besar upayaku
untuk membuatmu bahagia. Aku berusaha melakukan semuanya, menjadi
seorang super woman yang bisa melakukan segalanya agar kamu nyaman
bersamaku. Selelah apapun, aku selalu berusaha untuk mendukungmu,
atau hanya sekedar mendengar kisahmu. Itupun seringkali aku
dipersalahkan. Katamu, kamu hanya ingin didengarkan tidak butuh
masukanku, katamu, aku tidak mengerti maksudmu, katamu, aku tidak
mendengarkan, padahal aku benar-benar berusaha mendengarkan, hanya
saja beberapa kali mata ini terlalu lelah setelah bekerja seharian.
Kamu tidak tahu apa saja yang sudah terjadi padaku hari itu.
Entahlah, kadang aku menyesali diri mengapa tidak mampu memahamimu,
mengapa aku tidak menjadi manusia sempurna yang selalu menjadi seperti apa
yang kamu inginkan. Aku selalu mendapati diriku salah mengerti. Sama
sepertimu yang juga sering kali tidak mengerti aku.
Aku sadar aku bukan manusia yang sempurna, kamu pun
sama. Selama ini kehadiranmulah yang menyempurnakan aku, begitu juga
aku, katamu. Banyak badai yang sudah kita taklukan bersama-sama dan
kita menang. Hanya kali ini, entah kenapa kali ini. Kamu melepaskan
genggaman tanganmu, dan membiarkan kita hanyut dalam terjangannya.
Kenapa? Kenapa kamu membiarkanku hampir hilang ditelan badai?
Untungnya kita masih terselamatkan oleh sebuah Tangan Kuat yang tak
terlihat yang selama ini selalu menjaga kita. Kali ini aku kecewa
padamu, sangat kecewa, tapi aku tetap berusaha memaafkanmu.
Berkali-kali memaafkanmu dan berusaha melupakan semua kesalahanmu.
Mungkin kamu tidak ingat kesalahan apa saja yang kamu buat. Aku juga
tidak ingat, dan tidak berusaha mengingat-ingat, tapi bukan hal mudah
untuk menghapus memory yang ada di dalam ingatanku. Kamu pasti tahu
apa yang aku maksud, kamu pasti ingat seberapa besar kekecewaanku,
tapi kamu juga pasti ingat setiap kali aku memutuskan untuk
memaafkanmu dan berusaha membalas perbuatanmu yang sangat
menyakitkanku dengan hal-hal baik yang menyenangkan hatimu. Bodoh,
kata orang, ya memang bodoh, mengingatnya saja kadang membuat hatiku
bergetar dan mataku berkaca-kaca. Tapi biarlah perbuatan bodohku itu
menjadi bukti betapa besar aku mencintai dan menghormatimu, semoga
kamu juga mengerti seberapa aku menghormati hubungan kita.
Berkali-kali aku ingin pergi, egoku ingin
membuktikan aku mampu tanpa kamu. Aku yakin aku bisa, tapi aku tidak
mau. Aku berusaha mengalahkan egoku dan memegang komitmen yang sudah
aku buat, bukan untuk kepentinganku sendiri, tapi aku tahu siapa yang
akan menjadi korban kalau aku membiarkan egoku yang menang. Sakit
sebenarnya, tapi aku tahu aku sedang memperjuangkan sesuatu yang
sangat berharga. Tidak ada yang penting bagiku selain kamu dan
sekarang kamu pergi meninggalkan aku. Aku tetap disini, ditempat
terakhir ketika kamu meninggalkan aku. Aku tidak tahu kemana harus
melangkah. Kamu meninggalkanku ditengah jalan dan aku tidak tahu
jalan pulang. Aku tidak berharap bertemu seseorang lain yang
mengajakku pulang bersamanya, lebih baik aku menjadi seorang tuna
wisma yang berkelana tanpa arah, aku hanya ingin kamu yang
menjemputku mengajakku pulang ke rumah yang telah kita bangun dan
tidak pernah meninggalkanku lagi.
Inspired by : Fire Proof
Tidak ada komentar:
Posting Komentar