Rabu, 14 Agustus 2013

Fiction : Bawa aku pulang!


*Ini bukan curhat dan juga bukan kisah nyata siapa-siapa. Cuman iseng aja. Terinspirasi dari film Fire proof*



Mungkinkah cinta datang dalam sekejap? mungkin.

Mungkinkah cinta hilang dalam sekejap? aku tidak tahu.
Yang aku tahu, dalam sekejap kamu berubah. Kamu yang selama ini mampu memberikanku rasa aman, tiba-tiba berubah menjadi sebuah ancaman. Kamu yang selama ini memelukku, tiba-tiba menghantamku, mencabik-cabik jiwaku. Kamu yang selama ini menghapus air mataku, tiba-tiba menyiksaku sampai air mata ini tak kunjung berhenti berderai. Kamu yang selama ini adalah rumahku, tiba-tiba menjadi tempat yang asing. Aku tidak mengenal kamu lagi.


Tiap kali mata ini terpejam, selalu terbayang sebuah mobil yang sedang melaju kencang, yang hendak kau adu dengan mobil lain yang melaju didepan kita. Masih terdengar jeritan ketakutan, masih mendesir bulu kuduk setiap kali mengingatnya. Kaca mobil pun pecah, setelah kau hentakan sebuah tinjuan keras diatasnya. Berkali-kali, seolah sedang meninjuku, seolah kau sedang menghancurkan aku. Dimana nyalimu? Mengapa hanya berani menghadapi benda yang tak bernyawa? mengapa hanya berani menghancurkan benda mati yang tidak dapat melawan? Kenapa tidak kau tinju saja wajahku. Kenapa tidak kau matikan saja aku? Anggap saja aku benda mati, aku tidak akan melawan.


Apa salahku? Hanya karena sebuah permintaan untuk tidak dipersalahkan lantas aku malah menjadi salah. Mengapa kamu marah saat aku katakan tentang keadaan kita? Mengapa kamu marah saat aku menerangkan tentang kenyataan yang sebenarnya. Mengapa kamu marah tanpa aku memahami maksud amarahmu? Aku tidak mengerti apa yang ada dipikiranmu. Sama seperti ketidakmengertianmu tentang apa yang berkecamuk dalam pikiranku. Kamu lupa aku adalah wanita. Seorang wanita yang ingin selalu dicintai bukan dipersalahkan. Seorang wanita yang butuh ditenangkan, bukan dihujam penghakiman. Seorang wanita yang selalu ingin terlihat kuat, tapi kamu sendiri tahu aku rapuh. Seorang wanita yang berusaha untuk membuatmu nyaman, walau aku lelah. Semua yang aku lakukan bukan untukku, tapi untuk kita, sayang kamu lupa.


Apa kamu sadar? Apa yang aku lakukan saat kamu tertidur? Akulah yang bekerja keras merapikan semuanya, membereskan semuanya, menyiapkan semuanya. Saat terbangun, kamu tidak perlu melihat tumpukan pekerjaan rumah dan kekacauan yang terjadi di hari sebelumnya. Kamu hanya tinggal menjalani kehidupan dan meberikanku kasih sayang (seharusnya). Apa aku mengeluh tentang hal itu? apa aku mengeluh saat harus tidur lebih larut dan bangun lebih pagi, demi menjadi seorang peri yang menyulap semuanya menjadi baik. Aku menjalani pekerjaanku seharian demi kehidupan yang baik untuk kita. Kamu tidak tahu seberat apa perjuanganku setiap hari. Tapi apa yang kamu lakukan? Dalam kepanikanku, kamu malah menambahkannya. Dalam kelelahanku, kamu malah membuatku terpuruk. Kamu membuat aku takut. Bukan saja takut kepadamu, tapi membuatku takut menjalani hidup.


Kematian bukan jalan keluar. Aku tidak mau memilih untuk mengakhiri kehidupan, seburuk apapun kehidupan itu. Aku juga tidak mengharapkan kematianmu, itu hal yang sangat mengerikan. Aku sangat mencintaimu dan tidak membencimu setitik pun. Aku hanya ingin terbangun dari tidur, seolah semua yang terjadi ini hanyalah sebuah mimpi buruk. Aku ingin bangun, dan menjalani kehidupanku yang sebenarnya. Kehidupanku bersama kamu yang selalu mencintaiku. Kehidupanku yang hangat diselimuti kebahagiaan. Kehidupanku yang selalu indah, rumahku yang selalu menjadi naunganku, tempat kemana aku selalu ingin pulang.


Mungkin kamu tidak tahu, seberapa besar upayaku untuk membuatmu bahagia. Aku berusaha melakukan semuanya, menjadi seorang super woman yang bisa melakukan segalanya agar kamu nyaman bersamaku. Selelah apapun, aku selalu berusaha untuk mendukungmu, atau hanya sekedar mendengar kisahmu. Itupun seringkali aku dipersalahkan. Katamu, kamu hanya ingin didengarkan tidak butuh masukanku, katamu, aku tidak mengerti maksudmu, katamu, aku tidak mendengarkan, padahal aku benar-benar berusaha mendengarkan, hanya saja beberapa kali mata ini terlalu lelah setelah bekerja seharian. Kamu tidak tahu apa saja yang sudah terjadi padaku hari itu. Entahlah, kadang aku menyesali diri mengapa tidak mampu memahamimu, mengapa aku tidak menjadi manusia sempurna yang selalu menjadi seperti apa yang kamu inginkan. Aku selalu mendapati diriku salah mengerti. Sama sepertimu yang juga sering kali tidak mengerti aku.


Aku sadar aku bukan manusia yang sempurna, kamu pun sama. Selama ini kehadiranmulah yang menyempurnakan aku, begitu juga aku, katamu. Banyak badai yang sudah kita taklukan bersama-sama dan kita menang. Hanya kali ini, entah kenapa kali ini. Kamu melepaskan genggaman tanganmu, dan membiarkan kita hanyut dalam terjangannya. Kenapa? Kenapa kamu membiarkanku hampir hilang ditelan badai? Untungnya kita masih terselamatkan oleh sebuah Tangan Kuat yang tak terlihat yang selama ini selalu menjaga kita. Kali ini aku kecewa padamu, sangat kecewa, tapi aku tetap berusaha memaafkanmu. Berkali-kali memaafkanmu dan berusaha melupakan semua kesalahanmu. Mungkin kamu tidak ingat kesalahan apa saja yang kamu buat. Aku juga tidak ingat, dan tidak berusaha mengingat-ingat, tapi bukan hal mudah untuk menghapus memory yang ada di dalam ingatanku. Kamu pasti tahu apa yang aku maksud, kamu pasti ingat seberapa besar kekecewaanku, tapi kamu juga pasti ingat setiap kali aku memutuskan untuk memaafkanmu dan berusaha membalas perbuatanmu yang sangat menyakitkanku dengan hal-hal baik yang menyenangkan hatimu. Bodoh, kata orang, ya memang bodoh, mengingatnya saja kadang membuat hatiku bergetar dan mataku berkaca-kaca. Tapi biarlah perbuatan bodohku itu menjadi bukti betapa besar aku mencintai dan menghormatimu, semoga kamu juga mengerti seberapa aku menghormati hubungan kita.


Berkali-kali aku ingin pergi, egoku ingin membuktikan aku mampu tanpa kamu. Aku yakin aku bisa, tapi aku tidak mau. Aku berusaha mengalahkan egoku dan memegang komitmen yang sudah aku buat, bukan untuk kepentinganku sendiri, tapi aku tahu siapa yang akan menjadi korban kalau aku membiarkan egoku yang menang. Sakit sebenarnya, tapi aku tahu aku sedang memperjuangkan sesuatu yang sangat berharga. Tidak ada yang penting bagiku selain kamu dan sekarang kamu pergi meninggalkan aku. Aku tetap disini, ditempat terakhir ketika kamu meninggalkan aku. Aku tidak tahu kemana harus melangkah. Kamu meninggalkanku ditengah jalan dan aku tidak tahu jalan pulang. Aku tidak berharap bertemu seseorang lain yang mengajakku pulang bersamanya, lebih baik aku menjadi seorang tuna wisma yang berkelana tanpa arah, aku hanya ingin kamu yang menjemputku mengajakku pulang ke rumah yang telah kita bangun dan tidak pernah meninggalkanku lagi.


Inspired by : Fire Proof



Tidak ada komentar:

Posting Komentar