Senin, 11 Agustus 2014

Fiction : Adakah tempat yang lebih indah dari surga?

Didepan pintu besar ini aku berdiri, membulatkan tekad untuk mengetuknya dan berharap ada seseorang yang membukakannya untukku. Masih terbayang kenangan tentang hal-hal yang terjadi dibalik pintu itu, bertahun-tahun yang lalu. Ada ruangan-ruangan yang tampak menyenangkan dan penuh kebahagiaan, semarak dengan tawa, dan hangat dengan pelukan. Sesekali ada isak tangis, sesekali tak ada suara, tapi itu hanya sesekali, yang seringkali terdengar adalah suara tawa tebahak-bahak, nyanyian yang merdu dan alunan suara musik. Sambil aroma kopi menyeruak diseluruh ruangan berpadu dengan aroma makanan yang tersedia dimeja makan. Mungkin inilah surga, selalu itu yang terpikir saat aku tinggal didalamnya, dibalik pintu besar ini.

Entah apa yang terjadi, aku pergi meninggalkan surga, berkelana tanpa tujuan memilih jalanku sendiri, berharap menemukan tempat lain yang lebih baik dari "surga". Sekejap aku bahagia. Aku menemukan tempat lain yang lebih indah dari surga. Aku ingin tinggal disini selamanya. Disini ada pelukan yang lebih hangat, disini juga semarak dengan canda tawa yang lebih membuatku terbahak-bahak, disini semuanya lebih menyenangkan, lebih indah, lebih membahagiakan. Rasanya tidak akan ada tempat lain yang lebih baik dari ini. Ini yang terbaik, ini yang aku perlukan, ini yang aku butuhkan. Berkali-kali kukatakan aku ingin tinggal disini selamanya. Inilah surga.

BYARR!!! Seperti ada sesuatu yang pecah. Entah apa. Syukurnya saat aku terbangun aku masih berada ditempat terindahku. Setidaknya tempat ini bukan mimpi. Perlahan aku keluar dari ruangan tidur yang membuatku selalu mimpi indah disetiap malam, aku memperhatikan sekelilingku. Hampir setahun aku disini dan aku baru benar-benar memperhatikan sekelilingku. Ini bukan tempatku, semua foto yang terpajang didinding bukan aku, tidak ada namaku ditempat ini, semua yang aku nikmati bukan milikku. semua kebahagiaan ini bukan milikku. Lantas kenapa aku dibiarkan terlena ditempat ini? Lantas kenapa aku dibiarkan hanyut dalam harapan yang semu? Lantas kenapa aku ada disini. Tapi aku ingin tetap disini. Aku ingin memiliki tempat ini, aku ingin disini selamanya. Inilah surgaku.

Hari demi hari berlalu, aku tetap bertahan disini, ditempat yang menurutku adalah sumber kebahagiaanku. Aku tetap berusaha menikmati semua keindahannya, aku tetap meyakinkan diri bahwa akulah pemilik tempat ini. Aku memajang fotoku disini, menuliskan namaku ditemboknya. memasang kunci disetiap pintu, agar tidak ada seorangpun yang dapat masuk ketempat ini. Tidak ada seorangpun yang boleh memiliki tempat ini. Ini milikku dan aku tidak ingin ada makhluk apapun dapat mengambilnya. Kutegaskan, INI MILIKKU.

Waktu terus berlalu, yang kulakukan bukan lagi menikmati kebahagiaan ditempat ini, aku malah sibuk melakukan ini itu untuk menjaga tempat ini agar tidak dimasuki orang lain. Siapapun yang berusaha masuk aku tolak, bahkan tidak ada seorangpun yang boleh melintas didepan pintu. Aku begitu ketakutan, tidak ada lagi waktu untuk terbahak-bahak dan tertidur pulas dalam kehangatan. Waktuku habis untuk mencurigai setiap orang yang lewat, waktuku habis untuk memikirkan apa yang harus aku lakukan kalau ada orang lain yang akan mengambil tempat ini dariku. Waktuku habis tanpa kebahagiaan. 

Sang pemilik datang. aku tidak tahu dan tidak mau tahu bahwa dialah pemilik tempat ini, tidak, aku meyakinkan diri, ini bukan miliknya lagi, ini milikku. Setahuku dia tidak lagi memiliki tempat ini, sejak dia pergi dan menyia-nyiakan tempat ini. Aku yang telah menemukan tempat ini, aku yang membuatnya jadi indah, aku yang membuatnya jadi berwarna, aku yang membuatnya penuh kehangatan. Ini milikku dan tidak ada seorangpun yang dapat mengambilnya dariku. Bahkan saat dia berusaha masuk melewati pintunya, aku akan merentangkan tanganku dan menghalangi dia masuk. INI MILIKKU!

Aku tidak tahu kemana dia sekarang, entah berdiri didepan rumah, entah menyelinap masuk melalui pintu belakang, entah pergi lagi, aku tidak tahu. Yang aku tahu hanya kebodohanku, menghabiskan waktu dan menyiksa diri untuk mempertahankan sesuatu yang bukan milikku. Bukannya menikmati semua keindahannya, Bukannya menikmati kebahagiaan didalamnya, Bukannya membuatnya semarak dengan tawaku, Bukannya menghiasnya dengan warna-warni ceritaku, Bukannya melakukan hal-hal baik selagi aku masih diberikan kesempatan untuk berada disini. 

Ah Akhirnya aku sadar ini bukan milikku, dan aku tidak tahu harus kemana. Didepan pintu besar ini aku berdiri, membulatkan tekad untuk tidak jadi mengetuk pintu, membalikan badanku, kembali berkelana dan berharap menemukan tempat yang lebih baik dari "surga".

Tapi adakah tempat yang lebih baik dari "surga"?

Pada akhirnya aku memilih kembali mempertahankan surgaku, menikmati kebahagiaan didalamnya, melakukan yang terbaik untuk membuatnya indah, selama masih diberikan kesempatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar