"Kata orang menjalani hubungan suami istri dalam rumah tangga itu
sulit. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga itu tidak mudah. Tapi tidak
denganmu. Aku begitu menikmati perjalanan ini."
Aku bersyukur selalu mendapatkan "kisi-kisi" soal ujian sebelum
menghadapi ujian kehidupan. Sehingga aku bisa merespon segala sesuatu dengan
benar. Tidak jarang aku salah, tapi aku selalu diberikan kesempatan untuk
memperbaikinya dan mengambil hikmah dari semua yang terjadi. Padahal harusnya
aku tidak salah, karena aku sudah diberikan panduan, aku sudah mendapatkan
jawaban dari soal-soal ujian ini. Sayangnya seringkali aku malas membacanya
atau bahkan lupa apa yang telah aku baca sehingga aku menjawab salah hanya
berdasarkan apa yang aku pikir benar.
Menjalani rumah tangga itu mudah saja kok.
Istri tunduk kepada suami, seperti jemaat tunduk kepada Kristus.
1. Apakah kita sebagai
jemaat berani untuk tidak menghormati Tuhan? Apakah sebagai jemaat kita berani
menyatakan diri lebih benar daripada Tuhan? Apakah sebagai jemaat kita berani
untuk merendahkan Tuhan?
Pasti Jawabannya Tidak.
Lantas mengapa kita
berani untuk tidak menghormati suami kita? Mengapa kita seringkali merasa diri
lebih benar atau bahkan yang paling benar dan tidak mau mendengarkan suami
kita? Lantas mengapa ada kata-kata yang keluar dari mulut kita yang baik kita
sadari atau tidak itu merendahkan suami kita.
Kebutuhan seorang pria
adalah penghargaan atas dirinya.
Seperti Tuhan, apakah
Tuhan butuh uang persembahan kita? No, yang Tuhan mau adalah hati yang taat dan
menghormati Tuhan. Tuhan senang disembah ditempat yang tertinggi. Tuhan senang
dijadikan yang terutama didalam kehidupan kita. Tuhan senang dipuji atas
kebesarannya. Then kenapa kita ngga melakukan yang sama pada suami kita? Taati
dia, hormati dia, tempatkan dia sebagai seseorang yang penting dalam hidup
kita, puji dia atas setiap hasil usahanya.
Walaupun memang suami
kita bukan Tuhan, yang selalu benar, berusahalah untuk mendengarkan dia.
Walaupun mungkin kita merasa lebih benar, jangan lantas langsung membantahnya.
Tanyakan padanya, apa pendapatnya tentang pemikiran kita. Dia pasti bisa
menjelaskan pandangannya atau bahkan mengakui bahwa pendapat kitalah yang
benar. Berusahalah menjadi pendengar yang baik.
Sebagai seorang jemaat,
saya sangat rindu mendengar suara Tuhan. Saya ingin sekali Tuhan berbicara
secara pribadi kepada saya, mengarahkan saya, menuntun saya, menasehati,
mengajar bahkan menghibur saya. Jadikanlah posisi kita seperti itu dihadapan
suami kita. Menjadikan semua kata-katanya adalah sesuatu yang berharga, minta
dia untuk mengarahkan kita, menuntun kita, mengajar kita, menasehati kita, dan
mintalah dia untuk menghibur kita disaat mungkin kita sedang galau. Hehehe...
Tempatkan dia sebagai
seseorang yang sangat berarti dalam kehidupan kita, dia akan merasa sangat
dihargai.
2. Apakah kita sebagai
jemaat berani untuk menduakan Tuhan? Apakah kita sebagai jemaat berani untuk
mengatakan kita tidak butuh Tuhan? Apakah kita sebagai jemaat mampu menyatakan
diri lebih hebat dari pada Tuhan?
Pasti Jawabannya Tidak.
Kita tahu hanya ada satu
Tuhan. Tidak ada yang lain, bahkan terpikir akan ada Tuhan yang lain saja harusnya
tidak. Sama halnya, pastikan hanya ada satu suami yang kita cintai, jangan
pernah berpikir ada orang lain yang lebih baik dari suami kita. Dialah yang
terbaik. Dialah yang kita butuhkan.
Seperti kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan, kita juga harusnya berpikir bahwa
kita tidak dapat hidup tanpa suami yang kita cintai. Kalo sudah gini mana
berani sih kita merasa diri lebih hebat dari suami kita?
Masih panjang nih. nanti lanjut lagi ya. Jam istirahat udah abis. besok lagi ya... check it out ya... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar