Senin, 11 Agustus 2014

My Devotion : Win your wive's heart and Win your husband's love (Part 1)

"Kata orang menjalani hubungan suami istri dalam rumah tangga itu sulit. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga itu tidak mudah. Tapi tidak denganmu. Aku begitu menikmati perjalanan ini."

Aku bersyukur selalu mendapatkan "kisi-kisi" soal ujian sebelum menghadapi ujian kehidupan. Sehingga aku bisa merespon segala sesuatu dengan benar. Tidak jarang aku salah, tapi aku selalu diberikan kesempatan untuk memperbaikinya dan mengambil hikmah dari semua yang terjadi. Padahal harusnya aku tidak salah, karena aku sudah diberikan panduan, aku sudah mendapatkan jawaban dari soal-soal ujian ini. Sayangnya seringkali aku malas membacanya atau bahkan lupa apa yang telah aku baca sehingga aku menjawab salah hanya berdasarkan apa yang aku pikir benar.

Menjalani rumah tangga itu mudah saja kok.
Istri tunduk kepada suami, seperti jemaat tunduk kepada Kristus.

1.   Apakah kita sebagai jemaat berani untuk tidak menghormati Tuhan? Apakah sebagai jemaat kita berani menyatakan diri lebih benar daripada Tuhan? Apakah sebagai jemaat kita berani untuk merendahkan Tuhan?
Pasti Jawabannya Tidak.
Lantas mengapa kita berani untuk tidak menghormati suami kita? Mengapa kita seringkali merasa diri lebih benar atau bahkan yang paling benar dan tidak mau mendengarkan suami kita? Lantas mengapa ada kata-kata yang keluar dari mulut kita yang baik kita sadari atau tidak itu merendahkan suami kita.
Kebutuhan seorang pria adalah penghargaan atas dirinya.
Seperti Tuhan, apakah Tuhan butuh uang persembahan kita? No, yang Tuhan mau adalah hati yang taat dan menghormati Tuhan. Tuhan senang disembah ditempat yang tertinggi. Tuhan senang dijadikan yang terutama didalam kehidupan kita. Tuhan senang dipuji atas kebesarannya. Then kenapa kita ngga melakukan yang sama pada suami kita? Taati dia, hormati dia, tempatkan dia sebagai seseorang yang penting dalam hidup kita, puji dia atas setiap hasil usahanya.
Walaupun memang suami kita bukan Tuhan, yang selalu benar, berusahalah untuk mendengarkan dia. Walaupun mungkin kita merasa lebih benar, jangan lantas langsung membantahnya. Tanyakan padanya, apa pendapatnya tentang pemikiran kita. Dia pasti bisa menjelaskan pandangannya atau bahkan mengakui bahwa pendapat kitalah yang benar. Berusahalah menjadi pendengar yang baik.
Sebagai seorang jemaat, saya sangat rindu mendengar suara Tuhan. Saya ingin sekali Tuhan berbicara secara pribadi kepada saya, mengarahkan saya, menuntun saya, menasehati, mengajar bahkan menghibur saya. Jadikanlah posisi kita seperti itu dihadapan suami kita. Menjadikan semua kata-katanya adalah sesuatu yang berharga, minta dia untuk mengarahkan kita, menuntun kita, mengajar kita, menasehati kita, dan mintalah dia untuk menghibur kita disaat mungkin kita sedang galau. Hehehe...
Tempatkan dia sebagai seseorang yang sangat berarti dalam kehidupan kita, dia akan merasa sangat dihargai.

2.   Apakah kita sebagai jemaat berani untuk menduakan Tuhan? Apakah kita sebagai jemaat berani untuk mengatakan kita tidak butuh Tuhan? Apakah kita sebagai jemaat mampu menyatakan diri lebih hebat dari pada Tuhan?
Pasti Jawabannya Tidak.
Kita tahu hanya ada satu Tuhan. Tidak ada yang lain, bahkan terpikir akan ada Tuhan yang lain saja harusnya tidak. Sama halnya, pastikan hanya ada satu suami yang kita cintai, jangan pernah berpikir ada orang lain yang lebih baik dari suami kita. Dialah yang terbaik.  Dialah yang kita butuhkan. Seperti kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan, kita juga harusnya berpikir bahwa kita tidak dapat hidup tanpa suami yang kita cintai. Kalo sudah gini mana berani sih kita merasa diri lebih hebat dari suami kita?

Masih panjang nih. nanti lanjut lagi ya. Jam istirahat udah abis. besok lagi ya... check it out ya... :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar