Selasa, 31 Desember 2019

Happy new year 2020

Bum... Bum... Bum...
Terdengar seperti Bom meledak diatap rumah...
Ah sudah Pukul 12.00 mungkin, sambil tetap memejamkan mata dan berusaha kembali tidur.
Sebulan terakhir ini saya sakit, sederhana saja sakitnya : batuk.
Tapi karena tak kunjung sembuh dan seringkali membuat sesak, akhirnya saya memutuskan untuk rontgen dan periksa ke dokter spesialis paru. Hasilnya, saya asma. 
Mungkin buat sebagian orang asma seperti penyakit sepele, tapi buat saya yang hampir ga pernah sakit (selain pegel-pegel karena masuk angin dan sakit maag karena sering telat makan), sakit ini nyiksa banget. Mulai dari sesaknya, sakit kepala setiap batuk, sampai akhirnya nafas lega berganti dengan jantung berdebar seharian.

31 Desember 2019, hari terakhir di 2019.
Baru saja sekali minum obat di malam sebelumnya, paginya langsung merasa sehat karena akhirnya bisa tidur pulas. Tanpa sesak dan tanpa batuk.
Udah lama ga lari pagi, setidaknya saya harus mencatatkan record lari terakhir di akhir dekade ini. Semuanya biasa aja, sampai pulang sarapan dan minum obat. Jantung kok berdebar-debar (kaya orang jatuh cinta aja ya... wkwkwk) ah mungkin karena habis lari. Badan belum terbiasa karena sebulan ini hanya 1 kali lari dan itu pun hanya 5 km. It's ok lah kayanya.
Semua aktivitas berjalan seperti biasa, mandi, buka laptop, balas email, menyelesaikan beberapa pekerjaan, dan nemenin anak nonton serial netflix 1 season 15 episode UNLISTED. Seru dan bikin jantung berdebar-debar. 
Hujan deras bikin saya ketiduran dan bunyi telepon dari petshop membangunkan saya. "Kucingnya sudah beres mandi, bu. Karena hujan kami tidak bisa antar" Oh ya baik saya jemput sekarang ya. Kok jantung masih berdebar-debar dan rasanya aneh kaya orang ketakutan. Kepala juga mulai sakit. Minum kopi ah, sambil melanjutkan serial Unlisted tadi itu.
Dan... Jantung semakin berdebar-debar.

Jam 8 malam, badan semakin lemas, perasaan sangat ga nyaman, cemas, sedih, takut, bingung. Entah kenapa. Rasanya ingin nangis dan teriak. Kenapa? saya pun ga tau. Setelah makan, segera saya naik ke atas, menarik selimut dan berusaha tidur. Tetangga-tetangga ramai memasang tungku barbeque mereka dan anak-anak sibuk main kembang api. Sedikitpun saya tidak tertarik, lemas, cemas, takut, dan semakin lama semakin berdebar dan sangat tidak nyaman.

Cukup, saya harus konsultasi dengan dokter. Untung saja, dokter memberikan no wa nya dan mengijinkan saya untuk menghubunginya kalau ada apa-apa. Menurut dokter mungkin karena kopi, dan ada 1 obat yang saya harus kurangi dosisnya menjadi setengah sendok. Saya harus relax dan berusaha untuk tenang. Ga mudah. Pikiran terus berlari kesana kemari, memikirkan segala kemungkinan, sampai akhirnya lelah dan tertidur.

Pagi ini saya terbangun di tahun 2020. Sebentar saya membuka Instagram, semua timeline dan Story dipenuhi dengan perayaan tahun baru. Menarik. Sejak dulu saya selalu suka dengan kembang api, entah kenapa sekarang seolah tidak peduli. Apa karena saya mulai menyadari polusi yang diakibatkan, apa karena memang sedang sakit, karena apa saya juga ga tau, hanya ingin tidur dan tenang.

2019 adalah tahun yang penuh keajaiban buat saya.
Bukan tahun yang mudah untuk dijalani, tapi sekaligus tahun yang sangat produktif.
Banyak hal-hal baru, pekerjaan baru, lingkungan baru, kebiasaan baru, ide baru, teman baru, jalan-jalan ke tempat baru, ah banyak sekali ternyata berkat Tuhan untuk saya.
Saya ga pernah kekurangan, saya sehat, saya bisa jalan-jalan, saya bisa lari, saya bisa makan enak.

Seringkali saya ga bersyukur dengan kehidupan ini.
Seringkali saya bertanya kenapa begini, kenapa begitu.
Seringkali saya lupa dengan semua berkat yang sudah saya terima dari Tuhan.
Seringkali saya sulit memaafkan.
Namun Tuhan baik, ga pernah meninggalkan saya.

Sekali waktu anak saya bikin kesalahan. Lagi. Bukan pertama kali. Lagi dan lagi.
Kali itu saya sangat emosional, saya marah sampai menangis. "kenapa kamu lakuin itu lagi, kok kamu tega? kenapa? Kok jahat sama mommy?" ah, bener-bener nyesel dengan semua kalimat-kalimat yang secara sengaja saya ucapkan untuk menyakiti hatinya. Adakalanya saya marah ga kekontrol dan lupa bahwa anak saya lebih berharga dari barang yang dia hilangkan atau dia rusak. Dalam banyak hal saya bukan ibu yang baik. Saya ga bisa menjemput anak saya sekolah dan dia harus pulang naik jemputan bahkan gojek. Hebatnya, anak ini tidak pernah mengeluh.

Sekali waktu saya merenung dan tersentak sendiri. Kebayang ga sih kalo Tuhan ngomong kaya apa yang saya omongin ke anak saya "kenapa kamu lakuin itu lagi, kok kamu tega? kenapa? Kok jahat?"
Beruntung Tuhan baik sama saya. Setiap kali saya salah, bikin dosa lagi, dan lagi  dan lagi, Tuhan ga pernah ngomong gitu, Dia bahkan ga nanya apapun, Dia selalu terima saya. God is real for me. Dalam kesesakan, cuma Tuhan yang bisa kasih saya kelegaan. Cuma sama Tuhan saya bisa nangis dan minta pertolongan. Cuma sama Tuhan saya bisa ngadu dan mengutarakan semua perasaan saya. Bahkan disaat saya menjauh, Dia tetap setia menunggu saya. Dimana ada kasih yang lebih besar dari itu? and I will never trade it for anything.

What will I do in 2020?
Banyak banget yang ingin dan akan saya lakukan di 2020.
Butuh keberanian memang. Entah apakah saya punya keberanian yang cukup untuk melakukannya, yang jelas Tuhan aja udah berani mencintai saya segitu hebatnya, kenapa saya harus takut?
Tapi jujur takut. hehehe...
Ga tau harus memulai darimana.
Butuh sebuah keputusan dan komitmen yang kuat.
Butuh sebuah keberanian.
Dan sekali lagi, jujur saya takut.

Seperti menaiki anak tangga sampai ke puncak dan berada di ujung papan bunge jumping. Sudah dipastikan aman, semua sudah diukur, semua dalam pengawasan, semua dalam penjagaan, tapi tetap saja takut. Tinggal memutuskan, mau loncat atau kembali turun.
Sudah sejauh ini, mau loncat atau turun?
Dua-duanya beresiko dan dua-duanya butuh keputusan.

Ah Tuhan, saya ga ngerti harus gimana.
Cemas ini berangsur hilang...
Perasaan ini mulai tenang...
Tau Tuhan ga pernah ninggalin saya, membuat saya merasa aman dan damai.
Terima kasih karena Tuhan selalu ada dalam setiap musim kehidupan saya.
So, welcome 2020.
It must be awesome!

"When the oceans rise and thunders roar
I will soar with you above the storm
Father you are king over the flood
I will be still and know you are God"

Selasa, 05 November 2019

Menggunakan kembali - Menulis kembali


Apabila harus berakhir, berakhir sajalah.
Dan aku tak akan pernah meratapinya.
Semua yang datang, kelak akan pergi,
Hanya menunggu waktu saja.
Jadi kalo memang ini waktunya berpisah,
Tinggal mengikhlaskan saja.
Berharap kelak rindu tidak menyiksa,
Karena ada rasa yang masih tersisa.

(Nulis apa sih ini ga jelas, hehe…)
Hanya sebuah perenungan tentang arti perpisahan.
12 tahun sudah berlalu sejak Bapak meninggal, perihnya masih dapat saya ingat dengan jelas. Berdiri di pelataran rumah sakit borromeus, sendirian, dan berharap sebuah kemustahilan. Menangis kehilangan, meraung sampai tanpa suara. Enggan tidur sampai akhirnya tertidur disisi jenazah. Berharap waktu lebih lama untuk tetap dapat melihat wajahnya.
Perih itu masih teringat jelas, namun lukanya sudah pulih. Hanya sebuah bekas luka tanpa lagi menyisakan perih.
Begitulah kira-kira.
Perih sebuah perpisahan akan sembuh dengan sendirinya.
Biarkan waktu yang menjadi obatnya.

Tidak mudah memang menghadapi kehilangan, namun apalah artinya kalo saat memiliki kita tidak bisa menghargai.

Semalam penuh membereskan lemari dan laci-laci rumah demi mengumpulkan barang-barang yang tidak terpakai yang mungkin masih bisa berguna untuk orang lain.

Banyak baju tidak terpakai yang tidak kita indahkan. Seringkali kita hanya suka “menyimpan”nya, barangkali suatu saat ingin memakainya, tapi pada akhirnya tak juga kunjung dipakai. 
Kurang lebih gitulah, memiliki tapi tidak menghargai. Tidak menganggap ada. Tapi takut kehilangan. Itu namanya egois.
Belajar untuk tidak egois dengan membereskan semua barang-barang yang hanya tersimpan rapi di lemari, untuk dimanfaatkan oleh orang yang lebih membutuhkan.
Ga nyangka, dalam beberapa jam saja terkumpul 3 kardus besar dan lemari masih tetap penuh. Bingung ga coba? Hahaha.
Tampak lebih longgar sih memang, sebelumnya padat kaya kereta KRL jurusan Jakarta - Bogor. Semua diselip-selipin yang penting masuk lemari.
Sekarang yang tersisa hanya baju-baju yang masih dipakai.
Daripada tidak berguna dan kelak malah jadi sampah, better untuk di Reuse oleh orang lain. Dan Happy banget rasanya liat baju-baju kita diperebutkan untuk dimiliki oleh orang lain yang memerlukan. Semoga bermanfaat ya...

Jadi ini intinya nulis apa sih? ga tau saya juga. Kan udah dibilang nulis itu hanya sebuah sarana katarsis. Seperti mengosongkan lemari, agar tidak penuh sesak. Nah ini mengosongkan hati agar lebih lega.
Menikmati waktu, dan menikmati semesta...

Bakal banyak nulis beberapa hari ke depan.
Mungkin karena sudah terlalu penuh.
Sayangnya waktu hanya ada 24 jam.






Minggu, 30 Juni 2019

Dari Sampah Restorasi


Entah kenapa ya, saya tuh kalo lapar bawaannya ga bisa konsentrasi, pusing dan cenderung gampang emosian. Hahaha. Ini Cuma saya doang ato kalian juga ada yang sama kaya saya? Buat saya ini masalah banget. Paling kesel kalo jam 11an laper dan susah buat nahan sampe jam 12. Mau keluar jam 11 kagok bentar lagi jam istirahat, tapi kalo ga dibawa makan si perut ngomel-ngomel terus dan pikiran malah ga focus.

Untunglah saat ini ada jasa delivery food yang yahud banget. Baik si Go maupun si Grab, dua-duanya sangat membantu untuk mengoptimalkan produktivitas saya. I mean klo kira-kira perut udah mulai bergejolak (halah), langsung deh pesen makanan yang kita inginkan, ga perlu macet-macet, panas-panas, tinggal duduk manis makanan diantar sampai ke depan pintu kantor/rumah.
Keren kan?

Yes sangat keren dan sangat membantu banget. Sampai….. beberapa hari yang lalu saya menemukan negative side dari per-food delivery-an ini.

Pada suatu hari (biar kesannya dramatis), saya pesen makanan di restorasi kereta api. Kebetulan saat itu jam makan malam. Sebenernya udah ditahan-tahan buat ga pesen makan, karena siang tadi udah makan enak dan banyak. Niatnya mau skip makan malem juga biar besok pagi bisa kurusan (ngayal). Niat tinggal niat, bapak ibu di depan belakang kiri kanan pada pesen makanan dan aromanya semerbak kemana-mana. Jahatnya mereka semua nawarin makan ke saya “mari mbak makan..” silahkan bu. “Ayo mbak, makan” iya silahkan pak. Gitu aja terus sampe akhirnya kedengeran sama si perut. Kok si mulut iya-iya tapi ga ada makanan yang masuk. Nyimpang dikit, jadi penasaran kalo bule-bule ato orang-orang dengan west culture mereka ada budaya nawar-nawarin makan ke orang yang ga dikenal ga sih? Sebenernya ackward kan ya. Kebayang kalo pas si bapak or si ibu nawarin makanannya trus saya jawab “oh boleh pak, terima kasih ya kebetulan saya lapar.” Kira-kira gimana ya ekspresi mereka? Hehehe.

Nah balik lagi ke restorasi. Saya pesen mie rebus special. Kayanya enak aja gitu dingin-dingin makan mie panas dan teh panas. Sambil nunggu, saya merhatiin mbak-mbak dan mas-mas yang bertugas di restorasi. Perhatian saya jatuh pada deretan plastik pembungkus makanan untuk sepaket nasi rames yang dipesan penumpang. Buset sebanyak itukah? Masing-masing jenis makanan di pisah dan dibungkus dalam masing-masing plastic pembungkus. Oh my God, dalam satu kali keberangkatan anggap saja 1 gerbong 80 penumpang dikalikan 6 gerbong maka ada 480 penumpang.

Sepemerhatian saya (ada ga sih kata sepemerhatian hahaha), 70% dari mereka membawa air minum kemasan, sebagian dari mereka membawa makanan sendiri dan sebagian lagi membeli makanan dari restorasi. Anggap saja 1 orang penumpang 200 gr sampah. Maka untuk 480 penumpang ada 96Kg sampah. Itu kalo Cuma 200gr alias 2 ons per orang ya. Tinggal dikalikan dengan jumlah keberangkatan setiap harinya. Untuk Argo Parahyangan (BDG – JKT) saja rasanya lebih dari 15 kali keberangkatan dari Bandung. Anggaplah 15, lantas dikalikan 2 karena jumlah yang sama pun berangkat dari Jakarta ke Bandung, berarti total 30 keberangkatan. So total untuk Argo Parahyangan saja 96kg dikali 30 keberangkatan total 2880 kg per hari alias 2.88 Ton per hari (almost 3 ton) itu baru dari Argo Parhayangan saja.

Yang saya penasaran, 3 ton sampah ini kemudian diapakan? Dikemanakan?

OK kita simpen dulu masalah ini sambil saya cari tau dikemanakan dan diapakan sampah-sampah tersebut. Yang jelas pada saat dikumpulkan petugas hanya membawa 1 buah trashbag berwarna hitam. Baik sampah organic maupun anorganic semua tercampur dalam plastic tersebut. Tentunya memberi PR banyak untuk petugas pemilahnya. (Apabila ada)

Balik lagi ke restorasi dan hubungannya dengan food delivery.

Sadar ga sih, sekarang setelah jamannya Go dan Grab, semuaaaaa serba di delivery. Make sense sih dengan delivery kita bisa menghemat waktu, tenaga dan panasnya itu looooh kalo siang-siang. Belom lagi banyak promo-promo yang sebenernya kalo diitung-itung lebih untung pake food delivery daripada beli langsung. Ini “gue banget” lah, bertahun-tahun jadi pengguna jasa food delivery karena emang sangat membantu banget. Tapi suddenly saya menyadari ada negatife effect dari food delivery ini. Yes, Sampah. Semua makanan yang kita pesan dikemas oleh sampah. Iya kalo customernya mau bertanggungjawab, sampahnya dipilah dan di tabungkan ke bank sampah. Nah kalo tipenya pengen gampang aja? Semua sisa makanan dimasukin ke plastic pembungkusnya dan bluuuusss masuk ke tempat sampah bercampur dengan sampah-sampah lainnya.

Saya jadi ingat, sekali waktu saya order sate kambing dari sebuah restoran sate terkenal di bandung. Saat pesanan saya tiba dan saya habiskan makanan tersebut, dalam sekejap saya menghasilkan sampah berupa : 1 kertas pembungkus nasi, 1 plastik pembungkus sate, 1 plastik pembungkus bumbu sate, 1 plastik pembungkus cabai, 1 plastik pembungkus acar, 1 pasang sendok dan garpu plastic, dan 1 plastik (kresek) pembungkus semuanya. Saya makan paling lama 30 menit, dan sampah yang saya hasilkan terurai paling cepat 20 tahun.

Nah sekarang kita coba terapkan 3R.

Reuse? Apa yang bisa di-reuse? Sendok Garpu Plastik? Noooo!!! Itu buat sekali pakai doang. Bukan untuk digunakan terus-terusan.

Recycle? Apa yang bisa di-recycle? Ya paling si sendok garpu plastic itu. Itupun kita harus pilah digabung dengan sampah sejenis. Karena kalo Cuma sebiji mah nilai economy nya kecil banget. Tapi ya okelah.

Reduce? Nah ini yang paling bener dan harus dilakukan. Harus ada upaya dan solusi gimana caranya supaya saat ada customer beli sate ga usah dipisah-pisah gitu plastiknya? Saya udah coba piker bolak-balik. Tetep solusinya adalah dengan makan ditempat. Masak dan langsung dimakan ditempat. Dengan makan ditempat kita sudah me-reduce sampah-sampah plastic tersebut.

Kalo dirumah males keluar gimana? Ya masaklah dirumah.

Kalo ga ada apa-apa, apa yang mau dimasak? Ya makanya belilah apa-apa.

Kalo ga bisa masak? Ya belajar masak.

Ntar supir Go and Grab itu berkurang dong penghasilannya? Saya jamin sih ngga. Karena yang baca tulisan saya juga hanya segelintir orang dan belom tentu mau ngejalaninnya. Karena upaya ngurangin sampah ini emang ga gampang.

Ohhhh pake plastic dari singkong aja. Hmmm sabi-sabi, tapi setau saya sih itu plastic ga tahan panas dan harganya lumayan.

Yang pasti harus ada regulasi yang tegas dan jelas dari pemerintah mengenai penggunaan plastic/pembungkus dalam kegiatan penjualan makanan. Misalnya tidak boleh menggunakan plastic. Kan bisa pake kertas, sambel pake cup dengan bahan dasar kertas. Mahal? Ya resiko. Bebankan aja ke customer. Kalo sudah memilih untuk menggunakan delivery means sudah siap dengan konsekuensi harga lebih tinggi karena makanan harus dikemas menggunakan pembungkus yang ramah lingkungan.

Just my two cent sih.

Menurut kamu gimana, apa ya solusi untuk mengurangi sampah plastic yang dihasilkan dari food delivery ini? Share dong!

Nb : Btw kalo ada yang tau si sampah dari penumpang kereta api dikemanain boleh share juga ya. Atau mungkin bisa kasih saya nomer contact person yang bisa dihubungi untuk nanya-nanya soal ini.
Thank you sebelumnya....

Senin, 10 Juni 2019

Hampir lupa pernah lucu

Berhubung libur seminggu dan ga kemana-mana, jadilah dirumah kerjaannya beres-beres. Mulai dari beresin rumah, beresin gudang sampe beresin perasaan yang belum usai. #loh
Karena ada banyak waktu, nyempetin waktu buka blog yang udah lama ga ditengok dan ngebacain tulisan-tulisan random yang belom sempet (aka belom layak) untuk di post. Malah ngakak-ngakak sendiri. Omg kok lucu sih. Hahaha. setaun terakhir hidup terlalu serius sampe lupa pernah lucu.

Aslinya terlalu serius.
Padahal kalo diinget-inget, dulu selalu lucu dan selalu seru. Mungkin karena terlalu banyak ke -BM-an yang bikin hidup jadi lebih serius.

Makin tambah umur, makin banyak kekuatiran. Padahal buat apa kuatir ya kan Tuhan udah sediain segala sesuatunya untuk kita. Selama kita mau berusaha dan diiringi dengan doa, saya kok yakin ya Tuhan ga akan biarkan kita kekurangan.

Seandainya kita mau luangin waktu sedikit aja untuk menghitung kebaikan-kebaikan Tuhan dalam hidup kita, seharusnya kita akan lebih banyak bersyukur dan tidak punya alasan untuk mengeluh.

Seorang sahabat seringkali menegur saya, kamu punya sejuta dan kehilangan seratus ribu, lalu kamu menghabiskan waktu untuk menangisi yang seratus ribu, bukannya bersyukur untuk sembilan ratus ribu yang kamu punya. Nah kan! Sedih memang kehilangan seratus ribu tapi kan masih ada yang sembilan ratus ribu lagi yang masih harus disyukuri, bahkan saat mungkin yang hilang sembilan ratus ribu pun, seharusnya kita masih bisa bersyukur untuk yang seratus ribu. Tapi ya namanya orang, susah buat dikasih tau.

Ada yang salah kalo hidup kita ga bahagia, dan bahagia itu bukan selalu diukur dari materi yang kita punya. Insta story maupun feeds intagram bukanlah tolak ukur kebahagiaan seseorang. Bahagia itu dari hati bukan dari sosial media. #hiyahiyahiya

Entah kenapa juga jadi maenan Instagram lagi setelah sekian lama. Awalnya hanya untuk posting-posting kerjaan untuk promote kegiatan-kegiatan yang sedang dikerjain sekarang. Tapi secara ga sadar tenggelam juga dalam lautan luka dalam (apaan siiii???) tenggelam dalam lautan sosial media, ngabisin waktu berjam-jam untuk nonton insta story, bacain meme2 lucu, baca berita online entah bener entah hoax, kepoin orang, liatin etalase onlineshop dan banyak hal ga berguna lainnya yang ngehabisin waktu dan perasaan (uhuk).

Di bulan syawal ini, saya mau kembali fitri walaupun kemarin puasanya hanya sebatas niat. Saya mau mulai menulis lagi dan mengurangi aktivitas menggunakan sosial media. Saya mau banyak-banyak mensyukuri sembilan ratus ribu yang saya punya. Memikirkan hal baik apa yang bisa saya lakukan dengan apa yang ada.

Kehidupan mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tapi harapan masih ada untuk orang-orang yang masih mau percaya dan berusaha.

Badai tidak akan datang selamanya. Kalo hidup dalam badai terlalu lama, coba cek siapa tau ada yang salah. Mungkin kita berada di tempat yang salah. Ada saatnya kita belajar melepaskan dan pergi ke tempat yang lebih "aman", siapa tau itu bukan tempat kita, itu tempatnya badai. Jangan suka memaksa kehendak sendiri. Tuhan tau yang terbaik.  

Hari yang baru, hati yang baru, harapan baru.
Semoga teman-teman semua juga merasakan hal yang sama.

Selamat Hari Raya Idul Fitri buat teman-teman yang merayakan.
Selamat beraktivitas kembali.
Semoga besok-besok saya lucu lagi.
Amin.