Dalam
keheningan malam aku terdiam. Beberapa kali aku membisikan namamu dan
berharap angin membawanya kedalam mimpimu. Aku ingin selalu hadir
dalam hatimu namun aku ingin segera menghilang dari hidupmu. Sebagian
dari hati ini ingin pergi, namun sebagiannya lagi ingin tetap disini
bersamamu. Entah apa yang harus aku pilih, apa yang aku mau pun aku
tidak tahu. Hanya hati yang kian lama kian terasa sesak dan pikiran
yang terus berputar tak menentu. Jangankan memahami takdir, mengerti
hati dan pikiranku sendiripun aku tak mampu.
Seseorang
yang selama ini selalu hadir dalam setiap waktuku, tiba-tiba menjadi
seorang makhluk asing yang tidak aku kenal. Aku bahkan tidak mampu
lagi mengingat apa saja yang sudah kami lalui bersama. Aku tidak tahu
janji apa yang sudah kami ucapkan. Aku lupa rencana apa yang sudah
kami buat. Yang aku rasakan hanya kosong, sebuah hati yang kosong dan
hampa. Aku tidak bisa merasakan apa-apa, tidak tahu apa-apa, tidak
ingin apa-apa. Hanya terbersit sebuah harapan agar masa ini segera
berlalu tanpa menyisakan luka dan duka.
Kehidupan
memang tidak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan. Kita
harus siap menghadapi kenyataan. Hidup ini memang seperti medan
perang yang harus kita hadapi dengan pemikiran yang matang dan
strategi yang tepat. Tidak berlebihan, hidup dengan strategi akan
menghindari kita dari masalah yang lebih besar. Kalau tahu akhirnya
jurang, masa kita akan terus melaju menancapkan gas dan hancur karena
kebodohan kita sendiri? Tapi kadang perasaan membuat kita menjadi
irasional. Sedari awal tahu ujungnya adalah sebuah jurang, yang aku
sesalkan mengapa aku memulainya dengan langkah pertama yang kemudian
membawaku semakin dekat dengan kehancuran?
Masih belum
terlambat untuk memperbaiki semuanya. Sebelum segala sesuatunya
semakin parah, mungkin aku masih punya kesempatan untuk mengembalikan
keadaan kembali seperti semula. Aku harus memaafkan masa lalu,
mengambil jalan memutar kembali ke tempatku yang semula. Melakukan apa yang seharusnya aku lakukan, bersyukur untuk setiap
keadaan seburuk apapun itu, terus berjalan di rel yang memang
disediakan untukku. Walaupun segala sesuatunya harus kembali tidak sesuai dengan keinginan hatiku, setidaknya aku punya tujuan yang jelas dan pasti.
Semua barang
sudah ku-pack dengan rapi. Semua kenangan sudah kusimpan dan akan
segera aku tinggalkan. Semoga saja perlahan akan usang termakan
waktu. Saatnya untuk aku pergi dan memulai kehidupanku yang baru
kepada tujuanku yang semula. Semua kebahagiaan dan kebersamaan penuh
tawa yang pernah ada, berubah menjadi sebuah pil pahit yang harus aku
telan. Biar saja, biar menjadi obat penawar rindu dimasa yang akan
datang dan pelajaran yang berharga agar aku tidak mengulang kesalahan
yang sama kelak. Semoga dia juga sama, aku doakan yang terbaik
untuknya.
Sebelum aku pergi, kutuliskan pesan ini padanya sebagai permohonan maaf dan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas semua kebaikan dan memori indah yang telah dia goretkan dalam ingatan.
Sebelum aku pergi, aku titipkan pesan pada rembulan yang selalu menerangi malamnya. Uraikanlah kebahagian terus didalam hatinya dan penuhi hatinya dengan kehangatan.
Dan kini aku siap untuk pergi....
Dengan terus berharap tidak menyisakan luka dan duka