Kamis, 20 November 2014

My Devotion : Let's take the risks and be happy!


Resiko adalah bagian dari kehidupan. Without taking risks, you cannot truly live… you merely exist. Dulu saya pikir, orang yang bahagia adalah orang yang bebas dari resiko. Emang sih saat kita terbebas dari resiko atau hal terburuk yang mungkin terjadi pasti rasanya bahagia banget. Simple aja, misalnya nyetir dengan indicator bensin yang udah kuning tinggal satu strip dan ga bawa duit untuk beli bensin, resikonya saya akan kehabisan bensin ditengah jalan, mogok dan saya harus cari cara ngehubungin seseorang  yang entah bakal ada ato ngga untuk menolong saya beli bensin ke pom pensin terdekat pake botol air mineral atau plastik. Hahaha... dan so far saya selalu terbebas dari resiko itu, bisa pulang pergi nyampe rumah dan mengalihkan resiko itu kepada pengguna mobil berikutnya. (keliatan banget sih pelitnya... wkwkwkkk) Tapi ternyata setelah saya pikir lagi, orang yang bahagia itu bukanlah orang yang bebas dari resiko.
Sekali lagi, resiko adalah bagian dari kehidupan. Bagaimanapun kita menilai kehidupan kita, bahagia atau tidak, semua ada resikonya.
Berdasarkan perenungan saya hari ini, ada banyak resiko yang akan kita hadapi sehari-hari. Berikut adalah beberapa di antaranya, dilihat dari kacamata saya sebagai orang yang menilai kehidupan penuh dengan kebahagiaan J :
1.       Resiko untuk disakiti oleh orang lain
Semakin kita bertambah dewasa, kita akan semakin menyadari ada banyak hal didunia ini yang dapat mengecewakan kita. Pasti, setiap manusia pernah merasakan yang namanya sakit hati. Sebaliknya, mungkin kita juga pernah tanpa sengaja menyakiti hati orang lain. Mungkin ada kata-kata kita yang menyinggung perasaan orang lain. Mungkin sikap, mungkin sifat, mungkin kebiasaan, banyak kemungkinan yang bisa mengecewakan. Semakin penting dan berartinya orang itu dalam hidup kita maka semakin dalam rasa sakit saat dikecewakan. Tapi apa lantas kita mau mengakhiri sebuah hubungan dan berpisah dengan seseorang yang sangat berarti, yang kita tidak bisa hidup tanpa dia, hanya untuk sebuah rasa sakit? Think twice!
Setiap manusia yang diberikan anugerah untuk mencintai, pasti akan pernah dilukai oleh orang yang sama dengan yang dicintai. Itulah resikonya , but that’s a risk that’s well worth the reward. Asal direspon dengan baik, hasil akhirnya adalah sebuah kehidupan yang penuh cinta dan kejujuran.
Jadi, berbahagialah, tertawalah sepuasnya, dan cintailah sedalam-dalamnya seolah-olah kita tidak pernah disakiti. Jangan pernah takut untuk dilukai, jangan pernah takut bahwa sebuah hubungan akan berakhir pahit. Hidup ini terlalu singkat untuk dibiarkan berlalu begitu saja tanpa cinta dan segala resikonya. Open your heart and mind and live it to the fullest!
2.      Resiko untuk tidak disukai oleh orang lain
Kita tidak bisa memaksa semua orang menyukai kita. You are a piece of art. Kita ini special, unik dan berbeda. Tidak semua orang akan menilai kita cantik, tidak semua orang suka dengan gaya atau penampilan kita. Yang terpenting bukanlah apa kata orang, tapi apa kata diri kita sendiri tentang diri kita, apakah kita bisa menghargai dan menerima diri kita dan apa kata orang yang benar-benar peduli dan mencintai kita dengan tulus. Stop untuk berusaha menjadi pribadi yang selalu menyenangkan orang lain, karena pada akhirnya kita hanya sedang menyakiti diri sendiri.
Harga diri kita tidak berkurang hanya karena penilaian orang lain terhadap kita. Itu hanya ketidakmampuan mereka untuk menilai kita dengan benar. Pada akhirnya kita akan tahu, siapa yang benar-benar tulus mencintai kita. Mereka adalah orang-orang yang bisa menerima kita, menghormati kita dengan apa adanya kita, and no matter what, they stand by your side. Surround yourself with these people!!!

3.      Resiko untuk tidak memiliki sesuatu, dan selalu menghargai apa yang dimiliki.
Pasti ada hal yang tidak kita miliki. Kita tidak bisa memiliki segalanya yang ada didunia ini. Apa yang tidak kita miliki itu mungkin sesuatu yang kita pikir luar biasa, keren atau bahkan yang sedang happening saat ini. Tapi ya sudah, let it go, dan bersyukurlah atas apa yang kita miliki saat ini. Kita harus menerima ada hal-hal yang mungkin belum bisa kita miliki atau bahkan tidak akan pernah menjadi milik kita, dan belajar untuk menghargai hal-hal yang kita miliki, hanya kita yang memiliki.
Apa yang mungkin kita anggap remeh, bisa saja ternyata itu adalah sesuatu yang sangat diidam-idamkan oelh orang lain. Kebahagiaan tidak pernah datang kepada orang yang tidak bersyukur dan tidak menghargai apa yang telah mereka miliki. Don’t wait until what you HAVE becomes what you HAD. Renungkanlah dan bersyukurlah.

4.      Resiko untuk menolong orang lain tanpa diminta.
Sebagai seorang yang bahagia, hal ini resiko yang tidak bisa dihindari yaitu menolong orang lain. Karena tujuan hidup kita bukan hanya untuk bahagia tapi juga menjadi berguna, honorable, and to have it make some difference that you have lived and lived well.
Kebahagiaan tidak akan datang melalui keegoisan, melainkan pada saat kita tidak lagi mementingkan diri sendiri. Apa yang kita tabur akan kita tuai. Berikanlah senyuman terbaik, Encourage orang-orang yang ada disekitar kita, berikan mereka pujian, hibur mereka dan bantu mereka untuk tersenyum. The more happiness you help others find in life, the more happiness you will find.

5.       Resiko untuk bertanggungjawab penuh atas kebahagiaan diri sendiri
Bahagia atau tidak adalah pilihan kita sendiri. Menunggu orang lain untuk membuat kita bahagia adalah cara terbaik untuk membuat hidup kita tidak bahagia. Jadi berhentilah menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi dalam hidup kita. Menyalahkan orang lain atau keadaan hanyalah sebuah alasan yang dibuat-buat, dan alasan yang dibuat-buat adalah langkah menuju kegagalan dan penderitaan. Saya adalah saya, dan saya bertanggung jawab atas semua keputusan saya. Make a good one right now that your future self will thank you for.

6.      Resiko untuk di proses agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Jangan kuatir atas setiap hal-hal yang mungkin tidak menyenangkan dalam kehidupan ini, karena bisa jadi itu adalah sebuah proses untuk membentuk kita agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat. Jangan pernah lari dari kenyataan. Berjuanglah dan jadilah kuat.

7.       Resiko untuk mengalami kegagalan
Jangan pernah takut gagal. Tanpa kegagalan kita tidak mungkin tahu jalan menuju keberhasilan.  Beberapa pengalaman hidup terbaik dan berbagai kesempatan akan datang saat kita berani untuk menghadapi kemungkinan gagal. Jangan pernah menyerah apapun yang terjadi. Karena hidup selalu menawarkan kesempatan yang baru, yaitu hari esok.
Let’s take the risks and be happy!

J

Senin, 27 Oktober 2014

My Devotion : Apa sih yang kamu cari?

Apa sih yang kamu cari?

Masa depan?

Kamu punya Tuhan pencipta alam semesta, Dia yang menjadikan segalaNya dan Dia yang mampu menyediakan masa depan yang terbaik buat kamu. Salah besar kalau kamu menggantungkan harapanmu kepada manusia, siapapun itu.

Cinta?

Manusia akan selalu mengecewakan. Tidak ada cinta yang abadi di dunia ini. Sudah kodratnya kasih itu semakin lama akan semakin dingin. Kamu pikir tidak ada cinta seperti yang kamu rasakan seperti saat ini, tapi percayalah ada jutaan orang yang mengalami hal yang sama dan kenyataannya waktu akan membunuh rasa itu. Hanya ada satu cinta yang abadi, Cinta Tuhan kepada umatNya. Cintailah Dia dengan segenap hatiMu, Dia tidak akan pernah mengecewakan.

Kebahagiaan?

Semua yang ada didunia ini semu. Apapun bentuknya kebahagiaan itu, semuanya semu. Akan selalu ada bagian yang kosong didalam hatimu yang tidak akan bisa diisi oleh siapapun selain Dia yang menciptakanmu. Dialah sumber kebahagiaan, kebahagiaan yang sejati yang tidak akan pernah kamu temukan ditempat lain dan tidak ada yang dapat mengambilnya dari hatimu.

Rasa aman?

Selalu ada ancaman didunia ini. Selalu ada keadaan yang membuat kita takut. Tapi apakah yang harus kita takutkan kalau Sang Maha Besar ada bersama kita. Dia yang akan selalu menjaga kita dan melindungi kita. Dialah perlindungan yang teguh. Penjagaannya sempurna didalam hidupmu, tanganNya yang kokoh akan menjagamu dari apapun. Kamu aman didalam pelukanNya.

Kepastian?

Apa sih yang pasti didunia ini selain ketidakpastian itu sendiri. Kamu tidak bisa memastikan apakah sesorang sungguh-sungguh mencintaimu, apakah seseorang sungguh-sungguh akan menepati janjinya, apakah seseorang sungguh-sungguh akan memberi kepastian. Manusia bisa berubah, sekalipun dia berjanji untuk tidak berubah. Tidak ada yang pasti didunia ini, yang pasti bukan berasal dari dunia ini. Hanya Dialah yang pasti setia pada janjiNya. Hanya Dialah yang pasti tidak akan berubah, hanya Dialah yang dapat memberi kepastian. Kamu tidak perlu ragu.

Penerimaan?

Bagaimanapun dunia ini tidak pernah adil. Mereka hanya menerima apa yang memberikan keuntungan. Semua hal yang baik akan diterima, namun sekali kamu mengecewakan mereka, mereka akan pergi membuangmu. Percayalah, hanya Tuhan yang tidak pernah meninggalkanmu. Sekalipun kamu seringkali mengecewakanNya dan meninggalkanNya, namun Dia tetap setia menunggumu kembali. Sebesar apapun kesalahanmu, Dia selalu membuka tanganNya lebar untuk menerimamu kembali, asal kamu sungguh-sungguh ingin kembali. Kamu tidak perlu mencari penerimaan ditempat lain, kamu diterima seutuhnya oleh Bapa. Dia menghargai keberadaanMu, Dia memandangmu sebagai pribadi yang berharga.

Apalagi yang kamu cari didunia ini?

Tidak ada yang berarti di dunia ini.

Hanya dirimu yang berarti bagi dirimu sendiri. Hargailah dirimu dan berbahagialah....

Hanya Tuhan yang tahu betapa berharganya diriMu. Sembahlah Tuhan dan berbahagialah...


“Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.”

Selasa, 21 Oktober 2014

Fiction : I wont give up


"Aku tidak akan pernah menyerah, sesulit apapun keadaannya. Sekalipun langit runtuh dan bumi hancur aku akan tetap berjuang. Memperjuangkan apa yang sudah aku mulai. Memperjuangkan pilihan yang telah aku buat." 

Kita tahu, kita ada disini untuk sebuah alasan.
Sebuah tujuan yang telah kita sepakati untuk kita raih bersama.
Sebuah harapan tentang masa depan.
Sebuah mimpi yang akan kita wujudkan.
Sebuah cinta yang mengikat kita.

Ditepian pantai ini kita berdiri memandang ke kejauhan, sebuah lautan yang seolah tanpa batas. Selalu kita bilang, begitulah kira-kira cinta yang kita miliki. Tanpa kita sadar, bahwa sebenarnya ada batas diujung sana. Namun tetap aku berharap agar kita tidak pernah menemukan batasnya.

Gelombang datang bergantian, semakin besar dan semakin besar menghempas ke daratan. Kita hanya mampu bertahan dibalik batu karang, atau memandang dari kejauhan. Tak selamanya lautan ini indah. Saat badai datang, gemuruhnya begitu mencekam. Sirna sudah harapan akan langit biru dan kehangatannya, hilang semua ingatan tentang kedamaian dan irama ombak yang menenangkan hati. Yang ada hanya perasaan takut dan kuatir tentang apa yang akan terjadi.

Mengapa jadi begini? Bukankah kita mencintai tempat ini? Bukankah ini tempat yang selalu kita sebut penuh kedamaian? Mengapa keadaanya berubah? Dimana matahari yang sinarnya mampu membawa keceriaan? Dimana awan-awan biru yang berarak membawa ketenangan? Dimana angin sepoi-sepoi yang membawa kesejukan? Dimana kita yang selalu bahagia?

Lantas apa menurutmu aku harus menyerah dengan keadaan ini? Tidak sayang. Aku tidak akan pernah menyerah. Aku tahu tempat ini indah dan aku akan berjuang membuatnya kembali indah. Aku tahu kamu mulai menyerah. Tapi aku tidak akan pernah, karena aku sudah memulainya dan aku akan memperjuangkan segala sesuatu yang telah aku mulai.

Apa menurutmu ini takdir alam? Tidak sayang. Aku percaya alam telah mempertemukan kita dengan ikatan cinta. Aku akan terus menunggu sampai takdir itu kembali kepadaku. Sekalipun kamu pergi meninggalkanku, aku tidak akan menyerah begitu saja. Aku akan tetap setia menunggu takdir disini dan menunggumu kembali bersamaku. Karena tempat ini akan indah hanya bila ada aku dan kamu. Apalah artinya langit biru tanpa kehadiranmu.

Aku tahu sayang, kamu mungkin lelah dengan keadaan ini. Tapi aku tidak akan lelah untuk menguatkanmu dan meyakinkanmu, bahwa badai ini pasti berlalu. Aku yakin matahari akan bersinar lagi dan kita akan bahagia. Selama kita bersama, harapan itu pasti masih ada. Pelangi akan membentangkan busurnya diatas kita, dan meyakinkan tentang mimpi dan takdir kita.

Untuk apapun yang akan terjadi aku tidak akan menyerah. Apalagi untuk kita. Kita sudah berjalan sejauh ini, melewati lembah yang kelam, bukit yang terjal. Begitu banyak cerita, derai tawa dan air mata, aku tidak mungkin menyerah begitu saja. Tuhan tahu aku mampu. Tuhan tahu kita mampu. Kita hanya perlu sedikit bersabar dan tidak berhenti berjuang. Kita hanya perlu untuk saling menguatkan dan percaya. kamu hanya perlu percaya bahwa aku akan selalu setia bersamamu.
Dengar sayang, apapun yang terjadi aku tidak akan pernah menyerah.

Aku akan selalu disini untuk menantimu kembali.

Aku akan selalu mencintaimu,
Aku akan selalu menyayangimu,
Tidak ada alasan untuk aku pergi meninggalkanmu,
Dan aku yakin kamu tidak akan mampu meninggalkanku, karena kamu tercipta hanya untuk aku.


***

"I Won't Give Up"


When I look into your eyes
It's like watching the night sky
Or a beautiful sunrise
Well, there's so much they hold
And just like them old stars
I see that you've come so far
To be right where you are
How old is your soul?

Well, I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up

And when you're needing your space
To do some navigating
I'll be here patiently waiting
To see what you find

'Cause even the stars they burn
Some even fall to the earth
We've got a lot to learn
God knows we're worth it
No, I won't give up

I don't wanna be someone who walks away so easily
I'm here to stay and make the difference that I can make
Our differences they do a lot to teach us how to use
The tools and gifts we got, yeah, we got a lot at stake
And in the end, you're still my friend at least we did intend
For us to work we didn't break, we didn't burn
We had to learn how to bend without the world caving in
I had to learn what I've got, and what I'm not, and who I am

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up, still looking up.

Well, I won't give up on us (no I'm not giving up)
God knows I'm tough enough (I am tough, I am loved)
We've got a lot to learn (we're alive, we are loved)
God knows we're worth it (and we're worth it)

I won't give up on us
Even if the skies get rough
I'm giving you all my love
I'm still looking up








  

Senin, 20 Oktober 2014

My Devotion : a Feeling of a lost child (modified)

Hidup itu untuk apa?

Menjadi remaja, menjadi dewasa, bekerja, berkarir, menikah, punya anak, lalu....? menjalani kehidupan sambil menunggu ajal menjemput....?

Lalu hidup itu untuk apa?

Aku tidak terlahir menjadi seorang Einstein dengan penemuan-penemuan spektakuler yang berguna bagi kehidupan manusia.

Aku tidak terlahir menjadi seorang Mother Theresa, yang rela untuk meninggalkan semuanya dan mengabdikan hidupnya untuk kemanusiaan.

Aku tidak terlahir menjadi seorang presiden atau anak presiden atau menantu presiden yang memiliki kekuasaan untuk melakukan sesuatu yang dapat berdampak besar bagi orang lain.

Aku tidak terlahir menjadi seseorang yang cukup hebat, dan aku terus bertanya hidup ini untuk apa?
Aku memang tidak tahu hidup ini untuk apa, aku bingung mengapa Tuhan menciptakan aku didunia ini. Aku tidak mengerti akan tujuan hidupku, yang aku tahu aku harus melakukan sesuatu yang baik. Yang bisa membuat orang tuaku, suamiku, anak-anakku, keluargaku, sahabatku, orang-orang yang aku sayangi terlebih lagi Tuhanku bangga pada diriku.

Lantas mengapa sekarang aku menghabiskan waktu untuk sesuatu yang tidak berguna?

Lantas mengapa sekarang aku malah sibuk melakukan segala sesuatu yang tidak membuatku bahagia?

Lantas mengapa aku lelah memikirkan hal-hal yang sia-sia?

Lantas mengapa aku masih melakukan yang tidak baik, yang tidak membuat orang-orang yang aku sayangi bangga?

Jadi untuk apa aku hidup?

Mengapa perasaan ini sering muncul akhir-akhir ini? Dilanjutkan dengan sebuah keinginan untuk tidak hidup dan tidak pernah ada. AKU BENAR-BENAR TIDAK BAHAGIA.

*********


Ah Tuhan, aku sadar, aku mengerti, aku sudah terlalu jauh lari dari padamu. Entah dimana aku berada saat ini. Aku mengejar apa yang aku inginkan dan menjauh dari rencanaMu, padahal aku sudah berjanji untuk selalu ikut dalam rencanaMu. Tanpa aku sadari aku pergi tanpa aku tahu kemana aku akan pergi. Aku menjauhi anugerah dan aku semakin kehilangan arah.

Ah Tuhan, seandainya aku tidak pergi, mungkin aku sedang bahagia menikmati kebaikanMu yang selalu melimpah untukku. Mungkin aku tidak perlu merasa tersiksa untuk mencari sebuah kebahagiaan. Mungkin aku tidak perlu hidup dalam ketakutan dan kekuatiran. Mungkin aku tidak perlu mengalami kesusahan ini. Mungkin aku tidak berubah menjadi aku yang sekarang ini.

Ah Tuhan, aku ingin pulang, tapi aku tidak tahu jalan untuk pulang, dan aku malu untuk pulang. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi saat aku pulang. Aku tahu Engkau maha kasih dan Engkau akan menerimaku kembali, tapi aku tidak tahu apakah aku mampu untuk menghadapMu dan memohon untuk Engkau menerimaku kembali.

Ah Tuhan, hanya Engkau yang tahu dimana aku berada saat ini. Saat tidak seorangpun tahu keberadaanku, aku yakin Engkau tahu. Saat tidak seorangpun peduli keadaanku, aku yakin Engkau peduli. Saat tidak seorangpun mengerti alasanku, aku yakin Engkau mengerti. Hanya Engkau yang aku harapkan saat ini, karena aku tersesat dan tidak tahu harus kemana.

Ah Tuhan, aku tahu hidup ini terlalu singkat untuk aku sia-siakan. Sekalipun aku terlahir sebagai manusia biasa, tapi saat aku bersamaMu aku pasti mampu untuk melakukan suatu hal yang besar. Aku pasti mampu melalui jalan kelam ini dan kembali kepadaMu. Aku menyerah Tuhan, aku tidak mampu menjauh dari kasih karuniaMu. Kemanapun aku pergi, Engkau tahu dan hanya Engkau yang aku perlukan. Tolong aku Tuhan, aku ingin pulang dan kembali menggenapi rencanaMu.

Aku ingin pulang.

Minggu, 24 Agustus 2014

Fiction : The Game is Over

Musuh yang paling mengerikan bukanlah orang lain yang berusaha menghancurkanmu, bukan pula iblis yang selalu mencoba menjerumuskanmu, tapi dia adalah dirimu sendiri.

Jam dinding tua di ruang tamu berdentang sepuluh kali, bertepatan dengan langkah kakiku keluar dari kamar mandi. Jam sepuluh malam rupanya. Segala upaya sudah kulakukan demi terbangun dari tempat tidur yang telah menopang tubuhku hampir sepanjang hari. Masih teringat kejadian malam kemarin, saat pulang kerumah dalam keadaan lemas tak berdaya. Jam 5 sore, ya Jam 5 sore demam mulai menjalar diseluruh tubuhku, Badan menggigil kedinginan padahal suhu tubuhku meningkat drastis. Seluruh tubuh terasa kaku dan tiba-tiba ada nyeri hebat di kepala dan di ulu hati bagai teriris. Aku masih mengabaikan rasa sakit itu, dan terus memandangi telepon menunggu kabar.

Satu jam telah berlalu, aku ada di balik kemudi, mengendarai mobil sepelan mungkin sambil merayap dipinggiran jalan tol. Air mata terus mengalir menahan sakit yang terus menikamku. Aku harus kuat minimal untuk bisa sampai di rumah sakit. Tapi rasanya sudah tidak mungkin, dengan membawa seorang anak kecil disebelahku lebih baik aku pulang. Seorang lelaki terus menelepon dan memastikan aku sampai di rumah sakit dan mendapatkan pertolongan. Ya kujawab saja sudah. Biar dia tenang. Aku menegak 2 butir mefinal dan tidak lama langsung tertidur tanpa sadar aku tidur dengan meninggalkan seorang anak kecil disebelahku dalam keadaan lapar.

Hampir pagi aku terbangun, kulihat anak kecil sudah tidur disebelahku, bajunya sudah diganti, bungkus makanan berserakan dimana-mana, susu cair berceceran dilantai, ah mungkin dia kesulitan saat menusukan sedotan kekotaknya, pasti dia kelaparan. Entah jam berapa dia tidur. Kucium keningnya sambil mengucapkan maaf karena kemarin mengabaikannya. Segenap tenaga kukerahkan demi bisa duduk dan berusaha berdiri. Bisa, tapi seketika itu juga darah serasa mengalir deras dari ubun-ubun, dan aku hilang keseimbangan. Mual pun semakin menjadi-jadi. Tuhan... Apalagi ini?

Aku berusaha untuk memulai aktivitas seperti biasa, namun semuanya sia-sia. Semua makanan yang masuk aku keluarkan lagi. Aku hanya bisa terbaring lemah tak berdaya. Berkali-kali harus ditopang walau hanya untuk berjalan beberapa meter ke kamar mandi. Seluruh tubuh dingin, sendi-sendi terasa kaku, semua sakit, semua sakit, semua sakit, tanpa mampu mengucapkannya kepada siapapun. Mungkinkah ini akhir? Kalaulah ini akhir, lebih baik segera saja. Segera saja? Ya, segera saja. Agar semua drama ini segera berakhir. Aku lelah bermain peran.

Saat tersadar aku sudah ada didalam mobil , terbaring lemas. Sambil terpaksa kutegak air dalam botol yang disodorkan anak kecil itu ketanganku. Terpaksa kuminum sambil menahan rasa mual. Yang kucari hanya handphone, berharap ada seseorang yang peduli dengan keadaanku dan harapan itu ternyata sia-sia. Dalam perjalanan ini aku tersadar mungkin ini hanya permainannya, dan aku terjebak dalam permainannya. Mengapa aku begitu bodoh membalas permainan dengan ketulusan? Mengapa aku terlambat menyadari bahwa ini hanya sebuah permainan? Bayangkan dia sedang tertawa disana dengan kehidupan nyatanya, dan aku tersiksa disini karena bertahan hidup dalam kefanaan. Aku meninggalkan semuanya untuk sebuah kefanaan, meninggalkan semua impian dan menggantinya dengan sebuah kefanaan, dan disana dia berbahagia dalam kenyataan.

Aku hanya bisa menjelaskan rasa sakit yang kurasakan. Beruntung tidak ada ruangan yang tersedia di rumah sakit itu. Aku memilih untuk pulang daripada dirawat di ruang ugd semalaman atau mungkin menunggu ada pasien yang meninggal untuk tempat tidurnya aku pakai. Setelah disuntik, yang ternyata hanya vitamin B complex untuk mengurangi nyeri, aku memilih untuk pulang dan terlelap dalam kedukaan. Mencoba untuk merasionalkan keadaan, memahami waktu, berdamai dengan diri sendiri, tapi semuanya gagal. Terlalu banyak tuduhan yang diberikan kepadaku dari diriku sendiri. Aku mengintimidasi diriku sendiri. Aku menghancurkan diriku sendiri. Aku merusak diriku sendiri. Pikiranku kacau, tidak mampu lagi berpikir. Aku bagai seorang pesakitan yang sedang menunggu putusan mati atas diriku sendiri. Kalaupun harus mati, lakukanlah sesegera mungkin, agar sakitnya tidak menyiksaku.

Lebih dari setengah jam aku duduk dihadapan cermin sambil menatap kosong kedalamnya. Air menetes dari ujung rambutku yang terurai. Rasa sakit perlahan hilang, setidaknya tidak separah pagi hingga sore tadi. Berusaha tersenyum pada bayangan dihadapanku, namun hanya air mata yang keluar seiring dengan kebencian yang mendalam padanya. Sudah jam satu, seseorang mengingatkanku untuk tidur daripada duduk terpaku kaku dihadapan laptop untuk menuliskan kisah ini. Sudah hari baru, aku harus memutuskan sesuatu. Aku keluar dari permainanmu. Silahkan mainkan permainanmu sendiri. Aku telah menjadi musuh atas diriku sendiri dan ini jauh lebih mengerikan dari apa yang bisa aku bayangkan karena tidak ada lagi perdamaian.


This will be last story i ever make about you and your stupid games.
This will be the last time you ever cross my mind.
This will be the last time I wonder where you are or what you are doing.
This will be the last time I dream about what could have been
This will be the last time I wish that things were different.
This will be the last time...
Because You mean nothing to me anymore...


Senin, 11 Agustus 2014

My Devotion : Win your wive's heart and Win your husband's love (Part 1)

"Kata orang menjalani hubungan suami istri dalam rumah tangga itu sulit. Menjaga keharmonisan dalam rumah tangga itu tidak mudah. Tapi tidak denganmu. Aku begitu menikmati perjalanan ini."

Aku bersyukur selalu mendapatkan "kisi-kisi" soal ujian sebelum menghadapi ujian kehidupan. Sehingga aku bisa merespon segala sesuatu dengan benar. Tidak jarang aku salah, tapi aku selalu diberikan kesempatan untuk memperbaikinya dan mengambil hikmah dari semua yang terjadi. Padahal harusnya aku tidak salah, karena aku sudah diberikan panduan, aku sudah mendapatkan jawaban dari soal-soal ujian ini. Sayangnya seringkali aku malas membacanya atau bahkan lupa apa yang telah aku baca sehingga aku menjawab salah hanya berdasarkan apa yang aku pikir benar.

Menjalani rumah tangga itu mudah saja kok.
Istri tunduk kepada suami, seperti jemaat tunduk kepada Kristus.

1.   Apakah kita sebagai jemaat berani untuk tidak menghormati Tuhan? Apakah sebagai jemaat kita berani menyatakan diri lebih benar daripada Tuhan? Apakah sebagai jemaat kita berani untuk merendahkan Tuhan?
Pasti Jawabannya Tidak.
Lantas mengapa kita berani untuk tidak menghormati suami kita? Mengapa kita seringkali merasa diri lebih benar atau bahkan yang paling benar dan tidak mau mendengarkan suami kita? Lantas mengapa ada kata-kata yang keluar dari mulut kita yang baik kita sadari atau tidak itu merendahkan suami kita.
Kebutuhan seorang pria adalah penghargaan atas dirinya.
Seperti Tuhan, apakah Tuhan butuh uang persembahan kita? No, yang Tuhan mau adalah hati yang taat dan menghormati Tuhan. Tuhan senang disembah ditempat yang tertinggi. Tuhan senang dijadikan yang terutama didalam kehidupan kita. Tuhan senang dipuji atas kebesarannya. Then kenapa kita ngga melakukan yang sama pada suami kita? Taati dia, hormati dia, tempatkan dia sebagai seseorang yang penting dalam hidup kita, puji dia atas setiap hasil usahanya.
Walaupun memang suami kita bukan Tuhan, yang selalu benar, berusahalah untuk mendengarkan dia. Walaupun mungkin kita merasa lebih benar, jangan lantas langsung membantahnya. Tanyakan padanya, apa pendapatnya tentang pemikiran kita. Dia pasti bisa menjelaskan pandangannya atau bahkan mengakui bahwa pendapat kitalah yang benar. Berusahalah menjadi pendengar yang baik.
Sebagai seorang jemaat, saya sangat rindu mendengar suara Tuhan. Saya ingin sekali Tuhan berbicara secara pribadi kepada saya, mengarahkan saya, menuntun saya, menasehati, mengajar bahkan menghibur saya. Jadikanlah posisi kita seperti itu dihadapan suami kita. Menjadikan semua kata-katanya adalah sesuatu yang berharga, minta dia untuk mengarahkan kita, menuntun kita, mengajar kita, menasehati kita, dan mintalah dia untuk menghibur kita disaat mungkin kita sedang galau. Hehehe...
Tempatkan dia sebagai seseorang yang sangat berarti dalam kehidupan kita, dia akan merasa sangat dihargai.

2.   Apakah kita sebagai jemaat berani untuk menduakan Tuhan? Apakah kita sebagai jemaat berani untuk mengatakan kita tidak butuh Tuhan? Apakah kita sebagai jemaat mampu menyatakan diri lebih hebat dari pada Tuhan?
Pasti Jawabannya Tidak.
Kita tahu hanya ada satu Tuhan. Tidak ada yang lain, bahkan terpikir akan ada Tuhan yang lain saja harusnya tidak. Sama halnya, pastikan hanya ada satu suami yang kita cintai, jangan pernah berpikir ada orang lain yang lebih baik dari suami kita. Dialah yang terbaik.  Dialah yang kita butuhkan. Seperti kita tidak dapat hidup tanpa Tuhan, kita juga harusnya berpikir bahwa kita tidak dapat hidup tanpa suami yang kita cintai. Kalo sudah gini mana berani sih kita merasa diri lebih hebat dari suami kita?

Masih panjang nih. nanti lanjut lagi ya. Jam istirahat udah abis. besok lagi ya... check it out ya... :)

Fiction : Adakah tempat yang lebih indah dari surga?

Didepan pintu besar ini aku berdiri, membulatkan tekad untuk mengetuknya dan berharap ada seseorang yang membukakannya untukku. Masih terbayang kenangan tentang hal-hal yang terjadi dibalik pintu itu, bertahun-tahun yang lalu. Ada ruangan-ruangan yang tampak menyenangkan dan penuh kebahagiaan, semarak dengan tawa, dan hangat dengan pelukan. Sesekali ada isak tangis, sesekali tak ada suara, tapi itu hanya sesekali, yang seringkali terdengar adalah suara tawa tebahak-bahak, nyanyian yang merdu dan alunan suara musik. Sambil aroma kopi menyeruak diseluruh ruangan berpadu dengan aroma makanan yang tersedia dimeja makan. Mungkin inilah surga, selalu itu yang terpikir saat aku tinggal didalamnya, dibalik pintu besar ini.

Entah apa yang terjadi, aku pergi meninggalkan surga, berkelana tanpa tujuan memilih jalanku sendiri, berharap menemukan tempat lain yang lebih baik dari "surga". Sekejap aku bahagia. Aku menemukan tempat lain yang lebih indah dari surga. Aku ingin tinggal disini selamanya. Disini ada pelukan yang lebih hangat, disini juga semarak dengan canda tawa yang lebih membuatku terbahak-bahak, disini semuanya lebih menyenangkan, lebih indah, lebih membahagiakan. Rasanya tidak akan ada tempat lain yang lebih baik dari ini. Ini yang terbaik, ini yang aku perlukan, ini yang aku butuhkan. Berkali-kali kukatakan aku ingin tinggal disini selamanya. Inilah surga.

BYARR!!! Seperti ada sesuatu yang pecah. Entah apa. Syukurnya saat aku terbangun aku masih berada ditempat terindahku. Setidaknya tempat ini bukan mimpi. Perlahan aku keluar dari ruangan tidur yang membuatku selalu mimpi indah disetiap malam, aku memperhatikan sekelilingku. Hampir setahun aku disini dan aku baru benar-benar memperhatikan sekelilingku. Ini bukan tempatku, semua foto yang terpajang didinding bukan aku, tidak ada namaku ditempat ini, semua yang aku nikmati bukan milikku. semua kebahagiaan ini bukan milikku. Lantas kenapa aku dibiarkan terlena ditempat ini? Lantas kenapa aku dibiarkan hanyut dalam harapan yang semu? Lantas kenapa aku ada disini. Tapi aku ingin tetap disini. Aku ingin memiliki tempat ini, aku ingin disini selamanya. Inilah surgaku.

Hari demi hari berlalu, aku tetap bertahan disini, ditempat yang menurutku adalah sumber kebahagiaanku. Aku tetap berusaha menikmati semua keindahannya, aku tetap meyakinkan diri bahwa akulah pemilik tempat ini. Aku memajang fotoku disini, menuliskan namaku ditemboknya. memasang kunci disetiap pintu, agar tidak ada seorangpun yang dapat masuk ketempat ini. Tidak ada seorangpun yang boleh memiliki tempat ini. Ini milikku dan aku tidak ingin ada makhluk apapun dapat mengambilnya. Kutegaskan, INI MILIKKU.

Waktu terus berlalu, yang kulakukan bukan lagi menikmati kebahagiaan ditempat ini, aku malah sibuk melakukan ini itu untuk menjaga tempat ini agar tidak dimasuki orang lain. Siapapun yang berusaha masuk aku tolak, bahkan tidak ada seorangpun yang boleh melintas didepan pintu. Aku begitu ketakutan, tidak ada lagi waktu untuk terbahak-bahak dan tertidur pulas dalam kehangatan. Waktuku habis untuk mencurigai setiap orang yang lewat, waktuku habis untuk memikirkan apa yang harus aku lakukan kalau ada orang lain yang akan mengambil tempat ini dariku. Waktuku habis tanpa kebahagiaan. 

Sang pemilik datang. aku tidak tahu dan tidak mau tahu bahwa dialah pemilik tempat ini, tidak, aku meyakinkan diri, ini bukan miliknya lagi, ini milikku. Setahuku dia tidak lagi memiliki tempat ini, sejak dia pergi dan menyia-nyiakan tempat ini. Aku yang telah menemukan tempat ini, aku yang membuatnya jadi indah, aku yang membuatnya jadi berwarna, aku yang membuatnya penuh kehangatan. Ini milikku dan tidak ada seorangpun yang dapat mengambilnya dariku. Bahkan saat dia berusaha masuk melewati pintunya, aku akan merentangkan tanganku dan menghalangi dia masuk. INI MILIKKU!

Aku tidak tahu kemana dia sekarang, entah berdiri didepan rumah, entah menyelinap masuk melalui pintu belakang, entah pergi lagi, aku tidak tahu. Yang aku tahu hanya kebodohanku, menghabiskan waktu dan menyiksa diri untuk mempertahankan sesuatu yang bukan milikku. Bukannya menikmati semua keindahannya, Bukannya menikmati kebahagiaan didalamnya, Bukannya membuatnya semarak dengan tawaku, Bukannya menghiasnya dengan warna-warni ceritaku, Bukannya melakukan hal-hal baik selagi aku masih diberikan kesempatan untuk berada disini. 

Ah Akhirnya aku sadar ini bukan milikku, dan aku tidak tahu harus kemana. Didepan pintu besar ini aku berdiri, membulatkan tekad untuk tidak jadi mengetuk pintu, membalikan badanku, kembali berkelana dan berharap menemukan tempat yang lebih baik dari "surga".

Tapi adakah tempat yang lebih baik dari "surga"?

Pada akhirnya aku memilih kembali mempertahankan surgaku, menikmati kebahagiaan didalamnya, melakukan yang terbaik untuk membuatnya indah, selama masih diberikan kesempatan.

Kamis, 19 Juni 2014

Patience is key!!!

Patience is key, timing is everything... your time will come... be patient! 
Semakin emosi meluap semakin banjiri dirimu dengan sabar.

 Jangan biarkan kesabaran lepas dari emosi. Semakin emosi, harus semakin sabar. Tidak mudah memang, tapi itu pelajaran yang aku dapat hari ini.”

Memang sulit untuk sabar saat kita marah, namun semakin emosi (kemarahan) kita tidak dikontrol oleh kesabaran, semakin besarlah petaka yang diakibatkannya. Kesabaranlah yang mampu menenangkan jiwa. Saat kita sedih, jangan biarkan kesedihan melebihi kesabaran kita, bersabarlah sehingga kesedihan itu tidak merusak hidupmu. Kesabaranlah yang akan mampu membuatmu bangkit dari kesedihan dan mengobati luka yang sedalam apapun. Saat senang, tetaplah bersabar dengan dirimu sendiri. Jangan biarkan kesenangan mengontrol dirimu melebihi kesabaranmu. Sehingga saat roda kehidupan berputar, kita masih tetap bersyukur atas segala sesuatu yang terjadi dan atas semua yang kita miliki. Kesabaran selalu berbuah manis, dan menuntun kita pada kebahagiaan.

Memang emosi bukan saja berarti marah, sedih atau senang. Perasaan cinta adalah salah satu bentuk dari emosi. Semakin besar cinta kita, semakin besar rasa sabar itu harus kita miliki. Sejak awal cinta itu hadir, bersabarlah untuk tidak terburu-buru ingin memilikinya, biarkan hati dan pikiranmu berdiskusi dan membuat keputusan yang tebaik untuk dirimu. Bersabarlah menunggu jawaban dengan melibatkan Tuhan sebagai bentuk keputusan akhir yang akan menentukan, bersabarlah dan jangan pernah memaksakan apa yang ada dipikiranmu itu harus terjadi. Ingat Tuhanlah yang Maha tahu apa yang terbaik untuk kita.

Saat cinta itu sudah kita miliki, imbangilah cinta yang berkobar-kobar itu dengan kesabaran. Kesabaran adalah minyak yang membuat pelita cinta itu tetap menyala. Bersabarlah untuk memahami dia, bersabarlah untuk mengerti dia, bersabarlah untuk menolong dia saat dia melakukan kesalahan. Silahkan marah, tapi bersabarlah untuk menunggu dia berubah. Bersabarlah untuk terus memaafkan kesalahannya. Bersabarlah mendukung dia saat dia lemah, bersabarlah menolong dia untuk menjadi yang terbaik. Cinta tidak pernah menuntut, cinta selalu memberi. Memberi kesempatan saat tidak ada lagi kesempatan adalah cara terbaik untuk membuktikan cinta, tidak ada yang lebih daripada itu. 

Kalau waktumu belum datang, tetaplah bersabar. Jangan biarkan emosi yang mengontrol kesabaranmu. Bersabarlah, karena waktu itu pasti akan datang. Tetaplah bertahan, jadilah kuat, jangan menyerah. Ingatlah “Your time will come, and it'll be worth to wait.”

Rabu, 26 Februari 2014

My Devotion : Kasih - Hukum yang utama!

Beberapa waktu yang lalu saya baru (benar -benar) menyadari bahwa mengasihi orang lain itu adalah sebuah harga mati yang tidak bisa ditawar. Bukankah itu adalah perintah Tuhan yang utama? 

"Matius 22:39  Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Bayangkan berapa banyak kita melanggar hukum yang utama ini. Setiap kali kita membenci atasan kita yang menyebalkan? membenci pembantu kita yang malas?  Setiap kali kita membenci suami/istri kita yang perilakunya ada saja yang membuat kita kesal ? Membenci supir angkot yang mengemudikan angkot nya dengan sembarangan sehingga menyerempet mobil kita? Dan masih banyak kejadian-kejadian dalam kehidupan sehari - hari yang membuat kita sulit untuk mengasihi orang lain. 

Sadarkah kita bahwa mengasihi bukanlah suatu perbuatan yang di landasi perasaan?
Kita akan sulit untuk mengasihi orang lain apabila dasar kita mengasihi adalah perasaan. Tidak heran banyak rumah tangga kandas, karena masing-masing merasa sudah tidak saling mencintai lagi, sudah tidak ada perasaan lagi. 

Hey!  Ingat, mengasihi bukanlah dilandasi oleh perasaan!  Mengasihi adalah sebuah keputusan yang didasarkan pada kehendak. Oleh karena itulah Tuhan menjadikannya sebagai sebuah perintah. IA memerintahkan kita melalui hukum yang utama agar kita mengasihi orang lain.

Dari situ jelas mengasihi itu tergantung pada kehendak / kemauan bukan dari perasaan yang bisa datang dan pergi dengan dipengaruhi keadaan. Sehingga mau atau tidak mau,  suka atau tidak suka,  kita harus mengkondisikan diri kita untuk mengasihi orang lain apapun keadaannya, Tanpa ada alasan yang bisa dikompromikan. 

Tidak mudah memang, mengingat kita adalah makhluk yang tercipta dengan perasaan. Logika kita pasti langsung mengirim pesan kepada hati kita untuk membenci orang yang menyakiti perasaan kita. Ini adalah sebuah keputusan, dan pastikan keputusan kita adalah untuk menjalankan perintah tuhan: TETAP MENGASIHI APAPUN KEADAANNYA sama seperti kita mengasihi diri kita sendiri. 

Be blessed!
*Fei