Rabu, 11 September 2013

Fiction : Kini aku.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun berganti tahun.

Time change people change. Semua berubah, termasuk kamu dan kini aku.

Dulu kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk ngobrol membahas semua yang terjadi didunia ini, menertawakan kekonyolan yang terjadi dalam kehidupan, bercanda, mengomentari takdir atau sekedar main tebak-tebakan. Rasanya hanya ada aku dan kamu. Kita menjalani waktu tanpa arah, hanya menikmati setiap menit yang berlalu dengan penuh keceriaan. Tidak memikirkan apa yang akan terjadi didepan, tidak peduli tagihan pulsa telepon yang membengkak, tidak peduli masalah yang terjadi, tidak tahu mau kemana, waktu seolah berhenti dan memberi kesempatan untuk kita berbagi kebahagiaan.

Dulu aku selalu ingin tahu apa yang sedang kamu lakukan bahkan apa yang sedang kamu pikirkan. Harapanku kamu sedang memikirkan aku seperti aku memikirkan kamu. Entah mengapa aku punya suatu keyakinan bahwa saat aku memikirkan kamu, kamu pun pasti sedang memikirkan aku. Teoriku itu dikuatkan oleh incoming call dari kamu setiap kali kamu melintas dipikiranku. Tuh kan pasti kamu juga lagi mikirin aku. Entah kekuatan apa itu namanya, cinta selalu membuat kita terhubung dengan orang yang kita cintai. Sayangnya kejadian-kejadian di sinetron yang serba kebetulan itu membuat orang seringkali memaknainya negatif. Tapi kalo aku sih masih sangat percaya, cinta mampu menghubungkan perasaan antara dua insan yang saling mencintai itu. Maksudnya saat ada dua orang yang saling mencintai, biasanya perasaannya ter-connect satu dengan yang lainnya. Saat yang satu sedih, yang satu biasanya bisa merasakan kesedihan yang sama. Saat yang satu rindu, pasangannya akan merasakan rindu yang sama. Jadi saat aku memikirkan kamu, aku yakin kamu juga sedang memikirkan aku.

Kalau berbicara dulu, dulu dan dulu, semuanya begitu menyenangkan. Ingin selalu mengenang yang berlalu. Sayangnya aku tidak bisa hidup dihari kemarin. Waktu terus berjalan dan aku harus segera sadar bahwa waktu tidak berhenti. Aku tidak bisa terus berharap hidup ini indah tanpa masalah, hey...bahkan dalam dongeng pun seorang putri kerajaan yang serba sempurna bisa mengalami masalah. Aku harus segera terbangun dari mimpi dan menjalani realita dihadapanku. Aku harus berlomba dengan waktu mengejar semua impian dan harapan-harapanku. Aku harus hidup didunia nyata. Aku harus berhenti berharap untuk selalu melihat wajahmu dihiasi senyuman, aku harus berhenti berharap kamu hadir disisiku untuk memberikan harapan, dan aku harus berhenti berharap kamu menjadi pangeran impian yang selalu membawa kebahagiaan dalam hidupku.

Waktu terus berlalu, dan harapan masa lalu pun perlahan mulai sirna. Aku sudah menerima kehadiranmu yang dingin. Aku sudah terbiasa tinggal denganmu tanpa jiwamu. Aku sudah terbiasa hanya bisa menikmati wajahmu saat kamu tertidur. Asal bisa melihatmu setiap hari dalam keadaan baik dan sehat rasanya sudah cukup. Sama sekali tidak berharap pelukan, sama sekali tidak berharap kamu bisa meluangkan waktu untuk kita bisa berbagi cerita kehidupan. Mungkin kamu sedang lelah, mungkin sedang banyak yang kamu pikirkan, aku memberikan ruang yang cukup luas untukmu agar kamu bisa menjadi seperti yang kamu inginkan. Aku berusaha mengerti dan mengabaikan perasaanku. Aku memposisikan diri untuk tidak membutuhkan apa-apa dari kamu selain kehadiranmu. Aku membiarkan kamu terbang, biarlah jiwamu terbang, asal kita masih berpijak pada bumi yang sama, aku bisa melihat kamu dalam satu atap bersamaku, tidur disebelahku, itu saja rasanya sudah cukup.

Entah apa yang sedang terjadi. Mungkin aku berusaha untuk mengerti keadaanmu tanpa mengerti keinginan hatiku sendiri. Saat dia datang seperti pertama kali kamu datang dalam kehidupanku, itu membuat aku merasa lebih hidup. Aku merasa waktu berhenti kembali dan memberikan kesempatan agar aku berbahagia. Aku menikmati lagi setiap detik kehidupanku. Aku tertawa lagi, aku menjadi diriku lagi, mengobrol membahas semua yang terjadi didunia ini, menertawakan kekonyolan yang terjadi dalam kehidupan, bercanda, mengomentari takdir, sama seperti yang kita lakukan dulu. Rasanya hanya ada aku dan dia. Sama seperti kamu yang dulu selalu menganggapku ada dan berharga, dia hadir dihatiku dengan cara yang sama dan membuatku jatuh cinta.

Dia datang dan membuatku merasa aman, dia datang dan membuatku merasa tenang. Aku hanya tinggal menjalani dan menikmati kehidupan. Adrenalin naik turun memacu jantungku, membangkitkan semangatku. Bagaikan mendapatkan pil ecstacy yang memberiku energi extra untuk melakukan sesuatu. Aku memandang dunia dengan cara yang berbeda, seolah ada kekuatan maha dasyat dalam diriku yang membuatku bergairah untuk menjalani hidup. Semua yang dipandang mataku terasa indah. Hidup begitu menyenangkan. Bagian yang paling menyedihkan adalah saat aku menyadari semua kebahagiaan itu kualami bukan saat bersamamu.

Aku tetap mencintaimu dan selalu berharap bisa melihatmu disebelahku setiap aku bangun dipagi hari. Memastikan keadaanmu baik-baik saja, menarik selimut menutupi tubuhmu saat kamu tertidur, dan terbangun di tengah malam hanya untuk menikmati wajahmu yang tertidur pulas disebelahku sambil berkhayal malam ini kamu sedang memelukku. Tapi biarlah, aku sudah mampu menepis semua keinginan itu. Aku sedang menikmati perasaan ini, membayangkan ada seseorang disana yang sedang memikirkanku. Mungkin dimalam yang sama saat aku bermimpi tentangnya, dia juga sedang bermimpi tentangku. Setiap malam aku berharap matahari segera terbit membawa hari baru, memutar waktu dengan cepat agar aku segera bertemu dengannya.

Aku sudah menemukan kebahagiaan yang aku cari. Aku sudah mendapatkan kembali kekuatanku. Tidurlah pulas disisiku sayang, bangunlah setiap hari untuk menjalani kehidupan yang kamu suka, kejar setiap impianmu tanpa perlu merasa bersalah karena tidak mengindahkanku. Nikmati kehidupan yang kau pilih. Aku hanya ingin melihatmu setiap hari dalam keadaan baik dan bahagia. Aku hanya ingin memilikimu walau kamu hanya menjadi sebuah kristal pajangan mahal yang hanya bisa kulihat dan tak bisa kusentuh. Aku tidak perlu merasa diinginkan lagi, aku tidak perlu merasa dibutuhkan lagi, aku bahkan tidak perlu merasa dicintai lagi. Tapi sekali lagi aku berusaha meyakinkan kamu, asal aku bisa melihatmu setiap hari dalam keadaan baik itu saja sudah cukup. Tenang saja, aku tetap disini dan tetap milikmu, entah kamu perlu tahu atau tidak sampai saat ini aku juga masih sangat mencintai kamu, hanya kamu tidak perlu tahu dengan siapa aku membagi hati.

Semuanya sudah berubah dan kini aku.

It's sad when people you know become people you knew.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar