Copied from my facebook notes August, 8, 2011
Ada sepasang suami istri. mereka hidup berbahagia dengan dikaruniai dua orang anak. Sang istri adalah seorang wanita karier. Ia adalah wanita yang baik, cantik dan cerdas. Kehidupan pernikahan mereka begitu indah, sepulang bekerja mereka banyak menghabiskan waktu bersama anak-anak mereka. Seiring berjalannya waktu rupanya sang suami merasa jenuh dengan keadaan yang dia alami bersama keluarganya. Sampai akhirnya ia selingkuh dengan perempuan lain. Si istri tidak menyadari apa yang telah terjadi dengan suaminya. Mereka tetap bersama, setiap pagi mereka berangkat kerja, pulang kerja mereka masing-masing sibuk dengan anak-anak mereka.
Suatu malam, saat mereka hendak tidur, sang suami tiba-tiba mengatakan pada istrinya bahwa dia telah berselingkuh dan ia ingin segera bercerai dari istrinya. Hati istrinya begitu hancur mendengar hal tersebut. Ia menangis. Hatinya begitu pedih mendengar hal tersebut. Ia terus menanyakan mengapa suaminya begitu ingin bercerai darinya, namun suaminya hanya menjawab dengan dingin “aku telah berselingkuh dengan wanita lain, dan aku ingin bercerai denganmu”. Suaminya seolah sudah tidak memiliki perasaan lagi. Ia terlihat begitu ingin bercerai dengan istrinya.
Berhari-hari sang istri merenung, bersedih atas kejadian yang sudah menimpa rumah tangganya. Ia bingung sekali mengapa suaminya berselingkuh dan sangat ingin meninggalkannya. Ia memikirkan bagaimana dengan anak-anaknya kelak. Ia yakin bisa memenuhi kebutuhan mereka, karena ia juga bekerja dan memiliki karier yang cukup bagus. Namun ia sangat tidak ingin anak-anaknya kehilangan figure ayah mereka. Akhirnya ia memanggil suaminya dan menanyakan apakah benar suaminya itu ingin bercerai darinya, dengan dingin dan tanpa perasaan sang suami berkata YA.
“Baiklah kalau begitu aku bersedia bercerai darimu apabila kamu memenuhi syarat yang kuminta.”
“OK, syarat apa?” “
“Kamu benar-benar ingin bercerai denganku ya? Sampai syarat apapun akan kamu lakukan asal bisa bercerai denganku.”
Hening….
“Aku minta waktu 3 bulan”
“Lalu?”
“Aku hanya minta satu hal untuk kau lakukan selama tiga bulan ini…. Dulu saat pertama kali kita menikah dan tinggal dirumah ini, kamu selalu menggendongku dari meja makan sampai ke depan pintu rumah, sepanjang kamu menggendongku kamu memandang wajahku dan memberikan kata-kata cinta yang manis untukku, atau kau juga boleh memuji penampilanku. Sampai dipintu kamu akan mencium dan memelukku. Itu saja yang aku minta. Baru nanti kau boleh memutuskan untuk menceraikan aku. Aku minta kamu melakukan hal itu lagi selama tiga bulan ini. Tidak berat bukan. Bukankah kamu mau melakukan apa saja asal bisa berpisah denganku secepatnya?”
Sambil terkejut dan bingung atas permintaan istrinya tersebut, akhirnya ia menyetujui syarat tersebut.
Hari pertama mereka lalui begitu kaku, hari kedua..ketiga…sampai seminggu masih saja terasa kaku dan aneh… kadang mereka tertawa sendiri ditengah adegan tersebut. Namun memasuki minggu ke tiga, sang suami tiba-tiba merasa ada yang lain dengan perasaannya. Ia begitu senang setiap pagi bisa menggendong istrinya memuji penampilannya, mencium istrinya sebelum mereka berangkat kerja, mereka tertawa, bercanda setiap pagi. Kebahagiaan mereka terasa lebih, berkat anak-anak disekeliling mereka. Walaupun pedih yang dirasakan sang istri, namun ia memilih untuk tetap berbuat baik kepada suaminya. Ia meminta untuk tetap tinggal serumah dan sekamar. Ia melakukan hal-hal yang biasa ia lakukan seperti biasa kepada suaminya.
Entah mengapa perasaan cinta yang dulu pernah sang suami rasakan tiba-tiba muncul kembali. Ia tiba-tiba teringat kembali saat-saat awal ia bertemu istrinya. Ia sadar kembali betapa dulu ia sangat mencintai istrinya. Ia melihat hal-hal yang menjadi alas an mengapa ia mencintai istrinya. Terbayang saat sang istri tengah mengandung anak-anak mereka dan dengan segenap perjuangan melahirkan mereka. Ia teringat saat-saat indah yang mereka alami bersama.
Waktu terus berlalu sisa seminggu dari tiga bulan yang diminta oleh sang istri. Semakin hari mereka semakin saling mencintai. Sang suami melakukan rutinitas pagi mereka bukan lagi untuk memenuhi syarat yang diminta istrinya. Ia melakukan itu semua karena cinta. Ia menyadari bahwa apa yang ia miliki sekarang adalah yang terbaik. Istri yang baik dan anak-anak disekelilingnya. Ia merasa begitu bahagia.
Hampir tiga bulan berlalu, ia mendatangi selingkuhannya dan memutuskan untuk meninggalkannya. Selingkuhannya tidak terima atas keputusan sang suami tersebut,
“Kamu bilang kamu akan menceraikan istrimu, kamu akan meninggalkan keluargamu, kamu akan segera menikahiku, kenapa sekarang kamu merubah keputusanmu?”
“Kamu tahu apa yang kita lakukan itu salah. Aku telah salah selama ini. Aku ingin kembali kepada keluargaku. Laki-laki untukmu bukan hanya aku. Jadi maaf aku harus meninggalkanmu.”
“Kurang ajar kamu, aku akan memberitahukan kepada istrimu tentang perselingkuhan kita.”
“Oh silahkan saja. Istriku sudah mengetahui semuanya.”
Lalu ia pergi meninggalkan selingkuhannya.
Genap tiga bulan berlalu, sang istri bertanya kepada suaminya, “bagaimana dengan keputusanmu, apakah kamu tetap ingin bercerai denganku?” Sambil meneteskan air mata, ia menggenggam tangan istrinya lalu memeluknya. “Aku terlalu bodoh kalau harus meninggalkan harta yang paling berharga dalam hidupku untuk sesuatu yang sia-sia, maafkan aku atas keputusan yang telah kubuat kemarin dan membuatmu terluka, aku ingin kamu memaafkanku dan kita memulai kembali lembaran kehidupan kita dengan cinta yang kita miliki ini”.
Seringkali rutinitas membuat kita merasa jenuh atas hubungan yang kita jalani. Perhatian kita lebih banyak pada anak-anak sehingga mungkin pasangan kita merasa kurang diperhatikan. Hal ini bisa menjadi celah untuk sesuatu hal yang buruk mempengaruhi hubungan kita dengan pasangan kita. Untuk itu marilah kita untuk tidak melupakan hal-hal kecil yang biasa kita lakukan dengan pasangan kita. Mari kita ingat kembali hal-hal apa yang membuat kita mencintai pasangan kita. Berikan cinta dan perhatian setiap hari, karena pasangan kita selalu membutuhkan itu.
Ibaratnya pohon ada masa dia berbunga, berbuah, indah… namun ada masa ia harus gugur… bukan berarti ia mati, saat-saat seperti itu kita harus memberinya pupuk, menyirami dan merawatnya dengan baik agar ia bisa berbunga kembali, dan berbuah semakin lebat. Jangan mengambil keputusan yang salah dengan langsung menebangnya. Hati-hati Pohon itu masih bisa kita selamatkan.
Setelah baca tulisan ini langsung katakana pada suami/istri mu, bahwa kamu sangat mencintainya. Mari perbaharui komitmen kita setiap hari. Pasti kita bisa memaafkan kesalahan apapun yang dibuat oleh pasangan kita kalau kita mengasihi dia. So … love never fails.
Selama masih ada cinta, pertahankanlah hubungan itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar