Senin, 23 September 2013

Me : A guilty man

"It is better to risk saving a guilty man than to condemn an innocent one."
Voltaire

Sebagai seorang lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran dengan IPK 3.74 (sombooong... Hahahahaha) gue ngerti banget arti kalimat ini. Jangan sampai deh kita menghukum orang yang sebenarnya ngga bersalah. Masih mending membebaskan orang yang bersalah daripada menghukum orang yang tidak bersalah. Kebayang ngga sih kalo lo ngga merasa melakukan kesalahan tapi lo yang kena hukuman. Rasanya pasti ngga enak banget, kalo bahasa gue sih mengerikan. Jangankan itu, lo salah dan lo dihukum lebih berat daripada hukuman yang seharusnya lo tanggung karena kesalahan lo, itu aja udah nyakitin. Apalagi kalo lo emang bener-bener ngga bersalah.

Sebagai seorang yang bekerja di dunia Human Capital, gue akan selalu berhubungan dengan orang, kinerja orang, prestasi orang sampai kesalahan orang. Semua keputusan yang gue ambil harus gue pikir bener-bener dan hati-hati, harus didukung oleh bukti dan fakta yang ada. Jangan sampai keputusan yang gue buat itu berdampak negatif terhadap orang yang bersangkutan, orang lain dan hal lain yang mungkin terjadi dimasa mendatang. (sepenting itukah??? Hahaha). Tapi bagaimanapun gue sangat mencintai pekerjaan gue, pekerjaan ini membuat gue mengerti arti kehidupan (halah...), gue jadi belajar untuk memahami orang lain, gue jadi belajar cara bertutur kata yang benar, gue belajar untuk stay cool dan tidak cepat bereaksi, pekerjaan ini membuat gue menjadi bijaksini (first step menuju bijaksana...hahaha) dan gue belajar untuk semakin bersyukur atas kehidupan yang Tuhan kasih.

Mungkin karena gue mencintai pekerjaan gue, makanya gue seringkali mendapatkan kemudahan untuk menjalankannya. (Buat yang pernah baca tulisan gue yang sebelum-sebelumnya, mungkin inget kisah tentang keajaiban-keajaiban yang selalu terjadi dalam hidup gue). Entah gimana caranya masalah serumit apapun pasti bisa terselesaikan. Kadang gue ngga ngerti apa yang udah gue omongin atau gue lakuin, gue masih berpikir itu bukan karena gue bisa, itu miracle, ada kuasa yang tidak terlihat yang selalu menolong gue dan menuntun gue apa yang harus gue lakukan. Sungguhan, kejadian-kejadian itu ngga bisa dibuat-buat, keajaiban itu hanya terjadi waktu gue bener-bener membutuhkan. Kalo ngga ya ngga bisa. Ngga bisalah gue berharap keajaiban yang menyelesaikan report-report yang harus gue kerjain, ngga bisa juga gue berharap keajaiban bisa bikin cicilan mobil gue tiba-tiba lunas. Hahahaha...

Balik lagi ke masalah bersalah dan tidak bersalah. Ada gitu orang yang bener-bener suci yang pada akhirnya membuat dia merasa berhak untuk menghukum orang yang bersalah. Apalagi kalo hukumannya jauh lebih berat dari apa yang seharusnya dia tanggung. Arogan banget orang kaya gitu. Dalam hal ini gue sama sekali tidak bermaksud condemn an innocent one. Tapi gimana ya, sebel aja gitu sama orang kaya gitu. Tanpa dia sadari pada akhirnya apa yang dia lakukan itu justru melahirkan perasaan bersalah didalam hatinya sendiri. Rasa bersalah itu akan terus berkembang menjadi sebuah kebencian, yang paling bahaya kalau kebencian itu sampai pada suatu titik benci kepada dirinya sendiri dan benci kepada Tuhan.

Voltaire pernah bilang (siapa itu Voltaire? Gue juga ngga tau...hahahaha)  "Every man is guilty of all the good he did not do." Kalo sesorang melakukan sesuatu yang ngga baik pasti dia akan merasa bersalah. dan William Shakespeare menambahkan "Suspicion always haunts the guilty mind." Ngga heran orang yang sebenernya merasa bersalah bawaannya jadi curigaan mulu. Emang sih itu bukan tulisan dari kitab suci yang bisa dipastikan kebenarannya. Tapi gue sependapat dengan kedua quotes itu. That's why gue selalu berhati-hati dan berusaha melakukan apa yang menurut gue benar dan tidak perlu merasa bersalah apabila pun hasil akhirnya tidak positive, toh gue sudah berusaha melakukan yang baik. Tidak perlu merasa bersalah kalo tidak merasa melakukan suatu kesalahan.

Nah, sekarang gue jadi bertanya-tanya gimana kalo seseorang sebenernya melakukan kesalahan tapi dia tidak merasa bahwa dia sudah melakukan kesalahan. Dia sama sekali tidak dihantui perasaan bersalah dan dia menikmati menjalani apa yang dia anggap "bukan suatu kesalahan"? Kalo gini ceritanya jadi siapa yang salah? hmmm... bingung juga ya?  Ngga tau ah ngga mau mikirin, mau tidur aja, daripada besok malah jadi ngerasa bersalah kalo ngantuk di kantor. :))

Have a nice sleep.
:)

“The way to happiness: Keep your heart free from hate, your mind from worry. Live simply, expect little, give much. Scatter sunshine, forget self, think of others. Try this for a week and you will be surprised.”



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar