Akhirnya aku bisa melihat matahari pagi yang sudah lama tidak terbit di bumi hidupku
Akhirnya aku bisa membuka jendela dan membiarkan angin sepoi-sepoi menyeruak masuk menyegarkan seluruh pelosok rumah ini.
Perlahan, akhirnya aku berani membuka pintu rumah dan melangkah keluar.
Sudah terlalu lama aku terkurung disini. Seseorang yang dengan mengatas namakan cinta mengurungku ditempat gelap ini kemudian pergi meninggalkanku begitu saja. Entah dia lupa, entah dia sengaja, entah dia kemana. Yang aku tahu cahaya dari sela-sela pintu sudah ratusan kali berubah menjadi hitam.
Untung saja hidup masih mengijinkanku bernafas.
Katanya ini tempat paling aman untukku, diluar sana terlalu berbahaya. Dia tidak ingin kehilangan aku.
Takut.
Hanya itu yang bisa aku ingat saat pertama kali menjejakkan langkah di depan pintu ini. Bagaimana kalau dia tiba-tiba datang dan melihatku begini, melihat jendela terbuka, melihat pintu terbuka, dan melihatku tidak didalam rumah. Sudah terbayang bagaimana dia akan menarikku kedalam, menghempaskanku ke lantai dan mengurungku diruangan paling dalam di rumah kosong ini.
Dia menjagaku tanpa peduli rasa sakitku.
Dia menjagaku tanpa peduli rasa sepiku.
Aku tidak boleh merasa sepi, karena katanya ada dia yang selalu menemaniku.
Menemani dengan gema cacian dan teriakan yang tersimpan di balik tembok.
Sementara dia tertawa bersama manusia-manusia yang hanya kukenal dari gambar, dia lupa telah mengurungku ditempat sunyi ini.
Entah siapa yang membukakan kunci rumah ini.
Hampir tengah malam, ada bunyi "klik" dari pintu. Aku pikir dia datang. Ternyata bukan. Sampai pagi datang pintu tak kunjung terbuka. Tapi aku yakin ada yang membuka kuncinya atau mungkin sedang berusaha membuka kuncinya. Yang pasti aku tidak berani bergeming sampai pintu benar-benar terbuka.
Entah berapa malam yang telah berlalu, akhirnya pintu terbuka. Hanya dibuka sebentar lalu ditutup lagi. Entah siapa orang itu, gelapnya malam membuatku sulit untuk mengenalinya. Aku berharap bukan dia. Karena aku takut dia akan menyiksaku dan menahanku lebih lama ditempat ini.
Seorang anak remaja menghampiriku, sambil terkejut dia menyebut namaku dan seolah dia mengenaliku dengan baik. Entah untuk apa dia berusaha membuka pintu ini dan tanpa sengaja menemukanku disini. Sepertinya memang dia mengenalku dengan baik. Dia bercerita tentang aku dan masa laluku. Dia bercerita bahwa aku pernah hidup, aku suka tertawa, aku pernah bahagia. Cerita yang panjang dan aneh dan sangat sulit untuk aku percaya. Sebagian memori memang hilang dari ingatanku. Entah terbentur apa, yang pasti cerita anak ini seperti dongeng pengantar tidur setiap malam.
Anak ini datang dari jauh, perjalanannya kesini harus menggunakan kereta. Entah apa yang dia inginkan, dengan semangat dia bercerita tentang tahun-tahun yang lalu. Kadang bingung dengan ceritanya, tapi mendengarkan dia bercerita saja sudah cukup membuatku tertawa terbahak-bahak dan melupakan gelap yang bertahun-tahun menyelimutiku.
Setiap pagi dia mengetuk rumah kakeknya untuk meminta uang agar bisa naik kereta ke tempat ini. Menemaniku duduk dirumput sambil menikmati terik matahari membakar kulit, mendengarkan cerita anak kecil aneh ini, mengamati perilakunya, cerita cinta anak remaja, menangis karena tertawa sampai fajar tenggelam dan dia kembali dengan keretanya.
****
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar